DARA, Kutukan atau Anugerah.

Rosi Ochiemuh
Chapter #27

Sebuah Anugerah

Bagian terpenting dalam hidup adalah anugerah, tanpa disadari hal paling kecil pun dalam hidup manusia bisa dikatakan anugerah, bahkan menjadi manusia pun adalah anugerah terindah dari Allah


27 Maret, 1979


Malam pekat dihiasi bulan sabit di langit yang tinggi, tertutupi kabut tipis dan angin yang mengabaikannya. Rumah besar mirip pondokan itu kini di dalamnya tengah Allah titipkan sesuatu dalam rahim perempuan bernama Daswita. Bukan pasangan suami-istri itu saja yang terkejut mendengarkan apa kata dokter. 

Denyut nadi Wita terdengar cepat dan beberapa tanda yang menunjukkan gejala perempuan hamil ada pada perempuan muda itu. Suaminya tercengang, lalu sadar dia segera jadi ayah. Akhirnya dia tersenyum bahagia.

“Alhamdulillah, Wita. Ibu bahagia mendengarnya. Akhirnya Ibu akan punya cucu,” sambut Bu Ratna tersenyum lebar.

Pemberitahuan Radit malam ini sangat pas ketika makan malam bersama. Bi Santi langsung memberi ucapan selamat pada Radit dan Wita. Perempuan paruh baya itu tersenyum tulus, wajahnya bahagia.

Radit merasa senang, ternyata Santi ikut bahagia dengar kabar Wita hamil.

“Saya jadi ingat ucapan Ibu. Waktu Ibu menyendokkan nasi ke piring Wita,” kekehnya dan menutup sedikit mulutnya, “Wita, makan yang banyak. Makan sayur dan protein yang cukup. Supaya nanti tubuhmu sehat kalau nanti kamu hamil. Itu yang Ibu katakan, bukan? Iya bukan Mas Radit?” Gurau, Bi Santi.

Bu Ratna tiba-tiba tertawa, mereka semua melirik perempuan tua itu dan Radit tercenung sedangkan Wita tersipu wajahnya. Bu Ratna pun terdiam sendiri menyadari dirinya jadi sorotan malam itu.

“Duh, Santi, kamu bikin saya jadi malu saja,” tukasnya melirik Bi Santi yang menahan tawa.

Radit menggeleng saja, pipinya merah menahan malu karena gurauan Bi Santi buat ibunya tertawa. Tidak disangka kalau ibunya bisa tertawa lagi setelah dua puluh tahun kejadian buruk itu, Bu Ratna memang jadi sosok yang diam dan misterius. Sampai sopir mereka sebelumnya berhenti dari tempat bekerja karena sikap Bu Ratna yang ketus dan misterius.

***

Makan malam yang tak kusangka akan aneh begini. Sejak tinggal bersama di rumah ini, aku belum pernah melihat ibu mertuaku tertawa sekeras itu. Bahkan sampai gigi-giginya yang putih terlihat. Mas Radit ikut tersipu karena candaan Bi Santi.

Lihat selengkapnya