Sejak pagi Darmawan di depan tokonya yang belum dibuka. Kios kakaknya juga belum dibuka. Karyawan barunya sudah lama berdiri di belakangnya, tapi tidak berani menyapa.
“Hei, kamu berdiri saja di situ. Kamu anak baru itu, ya?” tegur Darmawan baru menyadari.
Gadis itu mengangguk, “Iya, Pakde. Saya Ninuk, pegawai baru,” jawab Ninuk.
“Oh, Ninuk. Saya, Darmawan. Semalam saya baru pulang dari Garut. Agung belum datang ke toko?” tanya Darmawan.
Kedua mata Ninuk membulat. Dia teringat kemarin siang menjelang sore, ketika itu kabarnya Agung mau melihat keadaan kakeknya yang jatuh. Bu Dara ikut ke sana membantu.
“Maaf, Pak. Kemarin pas waktu siang itu. Mas Agung panik karena dapat kabar dari tetangganya bahwa kakeknya jatuh di kamar mandi. Bapak sama Ibu sedang ke luar kota, katanya belum bisa dihubungi. Bu Dara akhirnya ikut Mas Agung ke rumah kakeknya. Mas Agung pinjam mobil pick up toko,” tutur Ninuk gugup.
“Kakeknya Agung jatuh di kamar mandi? Dan dia telepon saya tidak bisa dihubungi?” Dia tercengang lalu mengeluarkan ponsel dari kantong baju kokonya. Diperiksa layar ponsel, Darmawan menghela napas.
“Tapi ponsel saya tidak ada pemberitahuan nomornya Agung, Nuk,” ucap Darmawan menggaruk alisnya, “Terus Bu Dara juga belum datang?” tanya Darmawan lagi. Ninuk mengangguk dan kebingungan.
Darmawan lalu menelepon kakaknya. Tersambung, tapi tidak dijawab. Kemudian beralih menelepon Agung, pun sama. Pria paruh baya itu mulai berpikir untuk menelepon keponakannya, Nirmala. Dia urungkan, takut belum pasti pikirannya benar, malah akan buat ponakannya itu panik juga.
Di seberang sana, dia memandangi toko Pak Raden yang sudah buka sejak tadi. Buru-buru dia ke sana, dan sebelum itu meminta Ninuk membuka tokonya.
“Assalamualaikum, Mas. Ada Pak Raden tidak?” sapa Darmawan pada pemuda tambun berkulit cokelat yang sedang menghitung perkakas besi di rak besar.
“Walaikumussalam. Eh, Pak Darma. Pak Raden ada di dalam. Silakan duduk dulu nanti saya panggilkan,” balas pemuda itu sembari memberi bangku plastik pada Darmawan.
Selang beberapa menit kemudian, Pak Raden muncul dari balik pintu belakang dan tersenyum pada Darmawan. Lantas menyapa.