Jo
Aku gak tau perasaan apa ini, kecewa mungkin. Kenapa aku kesal sekali waktu tau Abel tanpa bilang apa-apa kebingungan, tapi ternyata gak bawa jas hujan. Padahal ada banyak waktu untuk bilang sebelum kami sampai di kantor tadi. Ah mungkin dia hanya sungkan. Ya tapi kalau besok dia ada kegiatan, gimana ya, dia pasti butuh motornya. Nanti aja aku tanya dia lewat chat.
Abel
Aku masuk ke kamar, ada Rina lagi mainan hp. Aku langsung menuju ke kamar mandi, rasanya capek hati. Aku mandi secepetnya terus keluar. Aku liat payung mas Jo yang belum aku keringin itu. Aku buka payung itu, terus aku jemur, aku gantungin di kaca pembatas shower kamar mandi.
Aku langsung rebahin diri di kasur. Lelah sekali rasanya, bener-bener lelah hati. Rina tiba2 nyodok-nyodok pipiku pake idung boneka beruang kucelnya. Aku kibas-kibasin itu boneka dekil.
"Kenapa Bel, muka kamu? Abis nelen koin?" tanyanya. Beberapa hari lalu ikut dengerin telepon mamanya Rina yang heboh cerita mau kenalin Rina ke anak temennya. "Kamu sendiri lemes banget. Abis dilamar?" tanyaku balik. Kami saling pandang, lalu buang pandangan ke arah lain. Kami sama-sama malas cerita apa yang baru terjadi.
"Kamu dulu deh, aku dengerin," kataku. Rina memandangku lagi, lalu tidur mendekat sambil pasang posisi miring. "Dia ganteng banget, Bel. Anak temen mamaku itu, tapi kayaknya gay deh. Waktu dia teleponan mesra aku curi-curi denger, tapi kok aku samar-samar denger suara laki dari teleponnya." Rina tiba-tiba diem, kami pandang-pandangan, dia pasang tampang sedih, terus lanjut cerita. "Dia tu belanja lebih detail dari pada aku. Aku temenin sama tungguin dia belanja aja ada deh tadi 6 jam full. Mana aku sampe izin siaran buat nanti malem, gara-gara capek. Tadi minta surat dokter segala sama temenku yang dokter kulit itu." Aku mengernyitkan dahi denger ceritanya Rina.
"Emang kamu ditulis sakit kulit apa sampe izin segala, Panu?" tanyaku sambil melempar bantal ke arah mukanya. Dia balas lempar balik. "Alergi hujan," jawabnya letih lesu berbeban berat. Gantian deh, berhubung cerita Rina udah kelar, aku juga mau tanya sesuatu sama dia. "Emang salah ya Rin, kalo perempuan itu gampang GR, terlalu berharap, salah artiin kebaikan lawan jenis?" tanyaku tiba-tiba. Rina tidak merespon sama sekali. Aku menoleh ke arahnya. Aku terkejut bukan main, dia tidur. Haaah, aku menghela nafas panjang. Aku juga jadi ngantuk, dan mataku cepat terpejam.
Jo
Aku meletakkan tas kerja di meja lalu merebahkan diri di sofa sebentar. Ah lelah, lelah pikiran. Aku duduk, menghela nafas dan mengatupkan kedua tanganku ke arah hidungku sekejap kemudian aku memutuskan untuk mencuci wajahku. Aku pandangi wajahku di cermin, tiba-tiba aku merasa penampilanku kurang segar, sebaiknya aku shaving nanti setelah mandi. Aku keluar dari kamar mandi, meminum air putih di dapur. Aku menyalakan tv dan membesarkan volumenya, supaya ada suara yang menemaniku.
Aku mengambil handuk dan bersiap untuk mandi. Selesainya, aku sudah memakai pakaian tidurku, dan saat melempar baju kotorku ke keranjang, ada suara benda terjatuh dan terlempar. Aku ikuti arah benda itu bergerak, terhenti di lantai tidak jauh dariku, dan aku tersadar, itu kunci motor Abel. Aku lupa memberikannya tadi. Semula aku enggan menghubunginya, aku hanya ingin berhenti memikirkan tentang dia. Aku ingin menyangkal bahwa aku peduli dengannya. Tapi rasanya tidak bisa, dan dengan terpaksa aku bangkit, mengambil telepon genggam di salah satu sekat dari tasku. Aku melihat banyak notifikasi dari group chat alumni sekolah-sekolahku dulu. Aku membuka chat pribadiku dengan Abel dan membaca obrolan singkat kami. Aku merebahkan badan di sofa lagi.
"Kamu sudah sampai, Bel?" Aku mengetik lalu aku bimbang mengirimnya, akhirnya aku hapus lagi. Aku mengetik apa adanya jika kunci motornya ada padaku, tapi terkesan terlalu kaku. "Bel, maaf untuk yang tadi. Aku gak sengaja bawa kunci motormu. Sebagai permintaan maaf, besok aku antar kamu ambil motormu ke kantor." Aku membaca lagi, dan sepertinya cukup sopan, aku pencet tombol send dan terkirim. Suara advertisement dari tv sama sekali tidak menggangguku, dibanding melihat centang dua di layar hp ini. Kenapa dia tidak membuka chatku?
Rina
Hari yang berat, aku tidak tahu apa yang terjadi pada Abel hari ini. Wajahnya terlihat lelah, aku sendiri lelah. Kami tidak mengobrol apa-apa tadi. Ketika aku terbangun, aku lihat dia sudah tertidur. Ada pesan masuk di salah satu hpnya di meja. Aku raih hp yang menyala itu. Ternyata ada pop up notification, tidak sengaja aku membaca isi chat dari orang yang namanya disimpan Mgr Ganteng oleh Abel. "Bel, maaf untuk yang tadi. Aku gak sengaja bawa kunci motormu. Sebagai permintaan maaf, besok aku antar kamu ambil motormu ke kantor." What? Jadi, Abel tadi diantar atasannya ini. Ya aku tau anak gila ini suka sama atasannya, tapi aku gak tau kalo orang yang namanya mas Jo, mas Jo itu disimpennya di kontak dia namanya Mgr Ganteng. Kalo kemajuannya sejauh ini sih, bahaya ni bocah, harus ganti nama kontaknya dong. Hmmm.
Aku lihat hpku, aku mau cari instagramnya Abel. Siapa tahu ada wajah orang itu. Selera Abel seringnya kurang bagus, tapi menurut dia udah ganteng. Kali ini aku mau lihat, seleranya Abel ketinggian atau enggak. Yap, aku scroll terus foto-fotonya. Aku lihat salah satu fotonya yang beramai-ramai, foto tim marketingnya mungkin. Oh, tapi baru-baru ini dia cerita tim grafisnya hanya empat orang. Aku menyerah, sebaiknya aku tanya besok pagi. Aku mau melanjutkan tidur lagi saja. Tapi yang jelas aku senang jika Abel ada kemajuan dengan orang yang dia suka.
Abel
Aku terbangun, sudah pukul 4.00. Aku tidur cepat kemarin 19.30 mungkin. Rina di sampingku, dia belum cerita banyak tentang hari yang menurutnya berat kemarin itu. Aku mau buang air kecil. Aku melompati Rina yang tidur sangat lelap dengan mulut terbuka. Aku flush toiletku setelah selesai, lalu cuci tangan, aku ambil dan lipat payung yang kukeringkan dari semalam lalu aku letakkan di meja kamar. Aku masuk lagi ke kamar mandi, gosok gigi, kumur, cuci tangan lagi, cuci muka, keringkan, lalu aku keluar. Aku melihat hp kantorku, grup sepi di weekend seperti ini. Aku cek hp pribadiku, banyak chat dari grup keluarga besarku, teman-teman kursus bahasaku waktu di Jerman, alumni sekolah dan macam-macam. Tapi ada satu chat pribadi yang buat aku sedikit tersenyum, dari mas Jo.
Aku buka, aku baca chatnya. What? Oh betul, aku lupa minta kunci motorku kemarin. Kami sama-sama lupa karena situasi yang dingin kemarin. Ah sudah, lagipula mas Jo ganteng sudah minta maaf. Aku balas apa ya, mungkin aku bilang ok saja, atau harus basa-basi lagi? Eh, tapi berarti, nanti aku sama mas Jo ke kantor, ambil motor. Mas Jo mau kesini, mau jemput aku. Whaaaat, Rina pasti nanti heboh kalau tau. Tapi aku seneng banget, wah aku harus siapin baju yang kayak apa ya. Harus warna yang cerah, biar kelihatan happy. Aku buka lemari pelan-pelan, biar Rina gak kebangun. Aku sibak-sibak dengan teliti gantungan baju yang cuma sedikit itu. Aku liat-liat bagian baju-baju yang dilipat satu persatu. Ya, ternyata gak seru, aku gak punya baju yang girly, kaos semua, ada juga formal dress buat kondangan, kaos berkerah, celana jeans, jaket jeans, baju tidur, tanpa ada blouse cantik satupun. Aku lupa aku sempet jadi penggila musik rock tahun lalu dan baju-baju cantikku semuanya aku tinggal di rumah sebelum aku kesini. Oh iya aku lupa belum balas chat dari mas Jo.
"Maaf bgt mas, smlm tdr lbh cpt, br bangun. Ok gpp, mas. Nanti kbrin mau ksna jam brp?" Rina kebangun gara-gara suara berat dan berisik dari gerbang kosku yang dibuka. Sudah jam 5, biasanya orang tua dari pemilik kosku ini memang jalan santai sambil ngajak anjingnya jalan-jalan di sekitar kompleks jam segini. Biasanya juga sekitar jam segini Rina bisa masuk ke kosku karena gerbang udah ga dikunci lagi.