"Pagi, masa depan." Seorang cowok berdiri di depan koridor kelas menyapa dua orang cewek yang baru menginjakkan kakinya ke lantai koridor.
Namanya Anres Alterio Savian. Cowok nakal berkedok pejuang. Ya, pejuang cinta Shena Anindia Balqis. Cewek paling beruntung bisa masuk ke SMA TUNAS BANGSA yang isinya kaum elit semua. Shena bisa masuk ke sekolah itu berkat beasiswa. Makanya, jangan heran jika style berpakaian Shena itu-itu saja. Tidak ada yang mewah dan baru, kecuali semangat belajarnya. Jangankan membeli barang-barang branded, sepatu dari kelas satu aja masih dipakai hingga kelas tiga. Uniknya pribadi seorang Shena itu mampu membuat Anres tergila-gila kepadanya.
"Shen, mending lo jawab sapaan Anres. Dia nggak akan berhenti ngikutin kita sampai lo buka mulut," pinta Bela. Satu-satunya teman yang Shena punya di sekolah. Meski ia termasuk golongan kaum elit, sikapnya jangan diragukan lagi. Ia bukan tipikal pemilih dalam berteman.
"Gue trauma, Bel."
Masalahnya, Shena pernah memberi perhatian lebih kepada Anres setelah menyelamatkannya dari hukuman Pak Wawan, karena telat lima menit masuk sekolah, waktu itu mereka masih kelas sebelas.
Sejak kejadian itu, Anres gilanya makin menjadi-jadi. Saat pelajaran Bu Mega, Anres pernah menerobos masuk ke kelas 11 IPA-1 untuk memberikan Shena coklat Silverqueen lengkap dengan setangkai bunga mawar merah, padahal hari valentine sudah lewat 3 bulan. Sumpah! Itu malunya sampai ke ubun-ubun hingga meresap ke tulang sumsum.
Dan sekarang masuk tahun ketiga Anres memperjuangkan cinta Shena. Tahun pertama Shena belum menoleh sedikit pun kepada Anres, cueknya nggak ketulungan. Dinginnya kayak kulkas berjalan. Tahun kedua ada kemajuan sedikit. Shena pernah merespon Anres, meski terhitung dengan jari berapa kalinya, padahal hanya mengucapkan terimakasih Anres sudah baper. Dan tahun ketiga ini Anres akan membuat sejarah baru dalam kisah perjuangannya. Bagaimanapun caranya, Anres dan Shena harus jadian sebelum mereka lulus. Itu cita-cita Anres untuk sementara ini.
"Shen, pulang sekolah nanti temenin gue potong rambut ya," ucap Anres mengacak rambutnya yang sudah panjang. Bela hampir saja tidak bisa menahan tawanya. Bukan siapa-siapa, tapi merasa paling istimewa! "Shen, gue lihat di dekat rumah lo ada pangkas rambut, ajak gue ke sana dong."
Ucapan Anres berhasil membuat Shena menoleh ke belakang. Senyum Anres menyeringai. "Lo tahu rumah gue dari mana?" tanya Shena tak mau percaya.
"Apa sih yang gue nggak tahu dari lo, Shena Anindia Balqis! Tipe cowok lo aja gue tahu." Anres melanjutkan.
"Emang tipenya apa aja, Res. Gue sahabatnya sendiri enggak tahu?"
Anres mendekat ke arah Bela dan Shena, memasang wajah serius, hingga berdiri tegap dihadapan kedua gadis itu. "Kayak gue, Bel. Ganteng, hitam manis kayak gula pasir, bukan gula aren karena gue nggak segelap itu, tinggi, baik hati dan tidak sombong, kaya, jago olahraga, pinter bikin puisi, suhunya menaklukkan hati para wanita. Apalagi yang belum gue sebutin? Iya kan, Shen?"
"Jago apanya! Udah dua tahun berjuang, tapi gagal mulu. Gue jamin tahun ketiga ini lo akan gagal lagi, Res. Banyakin stok tisu dirumah. Hahahaha."
Terlalu percaya diri tidak akan baik juga. Sebelum masuk kategori tipe cowok Shena, nama Anres pertama kali di blacklist dari daftar cowok idaman Shena.