Dari ANRES untuk SHENA

Devi Jum'atika
Chapter #3

Masuk Kelas Pak Tejo

"Selamat Pagi semua," sapa Pak Tejo. Guru matematika paling baik hati, saking baiknya nilai UTS 30 berubah menjadi angka 80. Katanya, upah nulis 25 upah belajar 25. Perjuangan sekecil apapun harus dihargai. Makanya, satu visi dengan Anres. Kalau semua guru seperti Pak Tejo, akan banyak siswa berprestasi. Menurut perhitungan para siswa, jika mendapat nilai 80 berarti nilainya berubah 130. Emang ada ya nilai setinggi itu?

"Pagi, Pak Tejo," jawab siswa serentak penuh semangat.

"Shena, kapan kamu terima cintanya Anres? Tidakkah kamu melihat perjuangannya selama dua tahun ini. Katanya kalau kamu terima cintanya, ada tiket buat ke Labuan Bajo." Pak Tejo to-the-point. Meneruskan pesan dari Anres.

Semua siswa teriak histeris, walau hanya mendengar gombalan Anres dari mulut Pak Tejo. Itu aja udah romantis, apalagi keluar dari mulut Anres secara langsung. Pak Tejo tipikal guru yang bersahabat dengan siswa, jadi tak khayal kalau Anres kerap minta bantuan Pak Tejo.

Dari kelas 12 IPS-2, Anres dan Angga sibuk mengobrol saat Bu Tuti sedang menjelaskan pelajaran sejarah bebatuan. Ketawanya, berhasil membuat Bu Tuti hilang kesabaran.

"KELUAR!! ANRES, ANGGA!!" teriak Bu Tuti.

"Siap Bu Tuti."

Dua sejoli itu saling tersenyum dan keluar kelas. Saatnya, meluncurkan aksi. Mengeluarkan sisir kecil dari saku baju, lalu menyisir rambut hingga klimis, biar rapi dipandang Shena. Mengeluarkan baju dari himpitan celana, membuka kancing baju dua deret paling atas. Lalu melangkah menuju ruang masa depan, maksudnya ruang kelas Shena.

Hanya ada dua taktik  yang dilakukan oleh Anres kalau  ingin keluar kelas. Pertama, pura-pura asyik mengobrol dengan Angga saat guru menjelaskan. Kedua, pura-pura ke toilet untuk buang air. Tujuannya tidak lain, yaitu menebar pesona di depan kelas 12 IPA-1. Tidak terhitung beberapa kali Anres dan Angga bolak-balik di sepanjang jalan menuju 12 IPA-1.

"Shen, pasti Anres diusir dari kelas lagi. Baru hari pertama belajar, anak itu udah buat ulah lagi!" ucap Bela kepada Shena yang masih fokus dengan catatannya.

"Bukan urusan gue, Bel."

"Maaf Pak. Di luar kelas ada Anres sama Angga  mondar-mandir nggak jelas." Salah satu siswa laki-laki buka suara karena tidak tahan dengan kelakuan Anres yang menggangu pandangan mata.

"Apaan sih lo, biarin aja sih! Gue mah malah bahagia, belajar ditemani sama Anres. Sumpah impian  gue banget."

"MODUS LO!!" cecar Bela.

"Mendingan gue dong, dari pada Shena yang tidak pernah menghargai perjuangan Anres. Aduh, Shen!! Bingung gue, hati lo itu terbuat dari apa sih sampai cowok seganteng Anres lo cuekin."

Pak Tejo keluar dari kelas untuk melihat keberadaan Anres dan Angga, tapi tidak ada satupun orang yang berlalu  lalang di sepanjang koridor kelas. Itu karena saat Pak Tejo hampir sampai di dekat pintu, tiba-tiba Angga kebelet pipis dan minta ditemani oleh Anres karena takut kencing sendirian.

Masalahnya, di toilet samping kelas 12 IPA-1 itu sering terlihat penampakan gadis berambut panjang, kadang air keran tiba-tiba hidup sendiri, bahkan kadang lampu hidup mati. Makanya, toilet itu sudah jarang digunakan. Seluruh siswa kelas 12 IPA-1 beralih ke toilet kelas 12 IPS-2 yang artinya, kesempatan Anres untuk melihat Shena lebih banyak.

Lihat selengkapnya