Anres menikmati pelukan Shena, ia menegakkan tubuhnya sembari menunggu Shena melepaskan tangannya dari pinggangnya.
Tampaknya Shena juga masih syok, ia tidak memberikan respon apapun. Tangannya masih memeluk Anres sampai akhirnya Anres menyadarkannya.
"Lama-lama juga enggak apa-apa," ucap Anres.
Menyadari hal itu, Shena langsung melepaskan tangannya dan bersikap malu-malu kucing. Anres menerbitkan senyumnya melihat reaksi Shena.
Shena menepuk jidatnya beberapa kali. "Bodoh banget sih Shen, ngapain lo meluk Anres!!"
"Lo sengaja ngerem mendadak kan! Dasar modus lo, Res!"
"Astaga! Gue berhenti karena mau jelasin ke lo kenapa gue lewat jalan deket rumah lo itu! Biar lo nggak salah paham. Jadi, gue punya Kakak, dia kuliah di universitas Mahakarya. Kan kampus itu lewat sini kan? Nah kebetulan tadi malam gue nginep di apartemennya bokap yang sekarang di tinggalin sama kakak gue selama ia kuliah. Jadi, itulah kenapa alasan gue bisa lewat jalan itu. Sampai sini paham?"
"Sama dengan Kak Leon dong berarti. Apa gue tanya aja siapa nama kakak Anres, kali aja Kak Leon tahu. Enggak, enggak, enggak! Itu nggak boleh terjadi" batin Shena sembari menggelengkan kepalanya cepat.
Kini Shena merasa malu karena sudah menuduh Anres penguntit, ya walau sebenarnya julukan itu memang pantas untuk Anres.
"Lo kenapa diem, Shen?"
"Enggak kok. Buruan, kita udah telat nih!" ajak Shena malu-malu.
"Iya iya iya. Pegangan lagi!"
Di tengah perjalanan Bela tidak sengaja melihat motor Anres melewati mobilnya. Bela gagal fokus dengan cewek yang di bawa oleh Anres itu. Bela mengucek-ngucek matanya, memastikan apa yang dia lihat bukan mimpi.
"Gue pasti lagi halusinasi, mana mungkin itu Shena. MUSTAHIL!!" ucap Bela sembari tertawa. "Tapi tas yang dipakai cewek itu emang tas Shena. Enggak, enggak, enggak mungkin. Sadar Bel, mungkin lo masih ngantuk!
Sesampainya, Anres dan Shena di sekolah, semua siswa yang melihat mereka satu motor berdua, membuat mereka yang melihat tidak percaya, bahkan diam seribu bahasa, mata mereka fokus pada Anres yang sedang menuju parkiran motor. Sedangkan, Shena tidak tahu lagi harus bagaimana. Helm saja tidak bisa menutupi wajahnya, orang pasti tahu dengannya. Siapa lagi cewek yang menggunakan tas murah bersekolah di sana.
Mereka mengeluarkan ponsel masing-masing, ada yang mengambil gambar, ada juga yang mengambil video mereka. Kejadian langka itu membuat heboh satu sekolahan, bahkan Pak Wawan yang sedang patroli terpelongo melihat Anres dan Shena.