Selamat dari satu musibah, lalu terkena musibah lainnya. Untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya, Shena di hukum oleh Pak Joseph. Biasanya, Shena selalu menjadi orang yang dipuji Pak Joseph, bukan hanya karena prestasinya, melainkan kedisiplinannya mengumpulkan tugas. Namun, kali ini semesta tidak berpihak kepadanya. Pak Joseph bukan tipikal orang yang mengingkari peraturannya, yang melanggar akan tetap kena hukuman, apapun alasannya.
"Kamu lupa atau memang tidak mengerjakan, Shena?"
"Maaf, Pak. Saya lupa, padahal semalam sudah saya siapkan di atas meja. Maafkan saya, Pak."
"Keluar dan lari lima putaran."
Tidak ada kata toleransi untuk Shena. Pak Joseph akan tetap menghukumnya keliling lapangan, sebagaimana yang dilakukan oleh para siswa lain saat lupa membawa tugas sekolah. Para siswa yang lain, termasuk Bela tidak bisa membantah ucapan guru killer satu itu. Sekedar menatap wajahnya saja, membuat bulu kuduk Bela merinding. Apalagi, harus menegurnya, bisa mati di tempat.
"Saya sudah sering katakan. Saya tidak pernah membedakan siswa, mau dia siswa berprestasi atau anak kepala sekolah sekalipun, saya akan tetap menghukumnya sesuai dengan peraturan saya! Saya juga tidak mengampuni anak yang mencontek tugas orang lain, kalau sampai ada yang ketahuan, lihat saja nanti! Hukumannya lebih parah dari pada keliling lapangan! Mengerti!"
"Mengerti, Pak."
Sebelum berlari, Shena melakukan pemanasan terlebih dahulu agar kondisinya fit saat berlari maupun setelahnya. Tidak pernah terbayangkan, dirinya harus berlari sepagi ini. Anggap saja, olahraga pagi.
"Lo pasti bisa, Shen. Semangat!"
Tidak ada siapapun yang bisa menyemangati Shena, kecuali dirinya sendiri. Semua siswa pasti sedang sibuk belajar, hanya saja Shena berharap tidak ada Anres menghampirinya, kalau sampai terjadi, masalahnya akan semakin rumit.
Shena mulai berlari, belum satu putaran nafasnya sudah ngos-ngosan. Itulah akibatnya jika jarang olahraga. Lari beberapa meter saja sudah berasa capek, bagaimana kalau lima putaran? Bisa-bisa masuk UKS.
Sekarang, posisi Shena sudah berada tepat di depan ruang kelas Anres. Menyadari hal itu, membuat Shena langsung bergegas pergi dan melanjutkan larinya hingga mencapai satu putaran. Ia istirahat sejenak, mengatur nafasnya terlebih dahulu.
"Nih, minum!" ucap Anres membuat Shena terkejut bukan kepalang sembari menyodorkan botol air minum berwarna pink.
"Ternyata lo juga Hellokitty, harus ya cowok suka sama warna pink. Enggak jauh beda sama sejoli lo itu."
"Tidak ada di buku manapun yang menyebutkan warna pink itu khusus untuk perempuan. Lagian, itu juga punya Angga, bukan punya gue!"
Shena tersedak. Alhasil, membuat hidungnya merasakan keanehan karena air keluar dari mulut dan lubang hidungnya. Justru, tragedi itu membuat Anres tersenyum lebar. "Cantik."