Anres dan Bi Lasmi sudah berada di daerah sekitar rumah Shena. Hanya saja kali ini mereka pergi ke rumah Pak Sapto dulu untuk mampir, sembari mematangkan rencananya.
Untungnya, Pak Sapto ada dirumah. Melihat kedatangan Bi Lasmi dan Anres membuat Pak Sapto tiba-tiba menatap mereka tanpa jemu. Pak Sapto yang sedang mencuci angkotnya berhenti seketika, sampai akhirnya Anres menyadarkannya.
"Pak Sapto, Pak Sapto!"
"Iya sayang. Kenapa?"
Anres dan Bi Lasmi memelototkan matanya. Sayang? Siapa yang dimaksud oleh Pak Sapto? Anres jadi curiga kalau kedatangannya dengan Bi Lasmi membuat Pak Sapto terpesona.
"Jangan bilang kalau Pak Sapto jatuh cinta pada pandangan pertama?"
"Sama siapa?"
"Bi Lasmi!"
Pak Sapto dan Bi Lasmi tiba-tiba tertawa keras mendengar ucapan Anres, membuat cowok pejuang itu kebingungan.
"Udah ketawanya?" tanya Anres.
Pak Sapto dan Bi Lasmi saling melirik dan kembali melanjutkan tawanya, membuat Anres merengek.
"Bi Lasmi!"
"Iya Den, kenapa?" Bi Lasmi bertanya seolah merasa tidak bersalah.
"Hari udah semakin sore, Bi. Jadi bantuin Anres nggak?!" Anres cemberut, membuat Bi Lasmi harus merayunya.
"Maafin Bibi, den. Nanti, Bibi akan melakukan tugas dengan baik. Janji deh!"
Anres tersenyum lebar lalu memeluk orang tua keduanya itu. Pak Sapto kebingungan dengan cowok dan pembantunya itu lakukan. Namun, Pak Sapto sudah bisa menebak kalau mereka akan menjalankan rencana untuk Shena.
Senyum jahat Pak Sapto keluar. "Kesempatan dapat uang nih," ucap Pak Sapto lalu meninggalkan pekerjaannya dan menyusul Anres dan Bi Lasmi.
"Ngapain ngikutin kita, Pak?" tanya Anres yang sudah tahu kalau Pak Sapto membuntuti mereka.
"Kalau Neng Shena tahu, pasti berabe masalahnya dan rencana kalian gagal!"
Anres berhenti, lalu mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dari dompetnya. "Buat tutup mulut!" ujar Anres sembari menyerahkan uangnya.