Shena membuka tudung saji yang ada di tengah meja makan mereka. Kemudian menyodorkan beberapa lauk yang ada di dalam mangkok ke arah Bi Lasmi.
Leon baru saja selesai mandi, ia turut membersamai Bi Lasmi makan. Shena juga ikut karena sedari pulang sekolah ia belum makan apapun karena ketiduran. Hampir berapa jam Shena tertidur, kalau bukan Leon yang membangunkannya, kayaknya bisa tembus ke malam hari.
Ada tumis kangkung kesukaan Leon, telur sambal mix tempe, dan terakhir gado-gado udang. Semua itu buatan tangannya Leon pagi tadi. Namun, sebelum mereka makan, Shena sudah memanaskan lauknya.
"Silahkan di makan, Bi," ucap Shena sembari mengambil nasi di penanak.
Shena membuka percakapan kembali. "Nama ibu siapa? Terus Shena boleh bantuin buat nyari alamatnya nggak?"
"Lasmi, Neng. Enggak usah, tadi barusan dapat sms dari temennya ibu. Kalau ibu salah masuk gang," jelas Bi Lasmi dengan segala kebohongannya. Padahal, Bi Lasmi tidak tega harus membohongi gadis sebaik Shena, tapi apa boleh buat. Demi Anres, Bi Lasmi akan melakukan yang terbaik.
"Oh ya udah, Bi. Makan yang kenyang ya. Biar ada tenaga," ucap Shena dengan senyuman yang melengkung di bibir indahnya.
Anres dan Pak Sapto masih berada di dalam rumah papan itu. Mereka menunggu Bi Lasmi yang tak kunjung keluar. Entah apa yang di lakukan oleh Bi Lasmi di dalam rumah Shena, padahal Anres memintanya untuk tidak berlama-lama di sana. Namun, hampir satu jam lamanya, baru Bi Lasmi keluar. Pak Sapto sampai ketiduran.
Meski tidak tega membangunkan Pak Sapto yang sedang tertidur pulas, Anres harus tetap melakukannya karena suara ngorok Pak Sapto yang teramat besar akan membuat mereka ketahuan.
Akhirnya, Pak Sapto terbangun dengan air liur di ujung bibirnya. Membuat Anres merasa mual dan ingin muntah. Lantas Anres langsung turun dari rumah itu dan bergegas menuju rumah Pak Sapto. Anres memutuskan untuk menunggu Bi Lasmi di sana.
Pak Sapto menyusul Anres. "Main tinggal aja, Kang," teriak Pak Sapto.
"Cuci muka dulu, Pak. Baunya menyengat ke hidung," sahut Anres.
Dengan kepolosannya Pak Sapto masih bertanya. "Bau apa atuh, Kang? Ngomongnya yang jelas!"
Padahal sudah sangat jelas ucapan Anres itu, tapi Pak Sapto-nya aja loading-nya lama. Sama kayak Bi Lasmi. Emang berjodoh mereka berdua itu!
"Iler-nya, Pak Sapto. Tua-tua kok jorok sih, Pak!"
Pak Sapto tersenyum lebar, lalu masuk ke dalam rumahnya untuk mencuci mukanya. Sedangkan, Anres masih menunggu kepulangan Bi Lasmi.
"Alhamdulillah, hari ini ibu kenyang banget. Terimakasih banyak ya, Neng Shena dan Mas Leon," ucap Bi Lasmi sebelum meninggalkan rumah Shena.
"Sama-sama, Bu. Hati-hati ya."
Bi Lasmi akhirnya pulang ke rumah yang mereka kunjungi saat pertama kali datang, yaitu rumah Pak Sapto. Ternyata cukup melelehkan menjinjing tas yang lumayan berat itu, membuat bahu Bi Lasmi terasa nyeri.
Dari kejauhan Bi Lasmi sudah kelihatan batang hidungnya. Lantas Anres langsung menghampirinya dan menyambutnya bak pahlawan. Rencana mereka hari ini berjalan dengan sukses. Kini Shena dan Bi Lasmi sudah saling mengenal.
Setelah berpamitan dengan Pak Sapto, Anres dan Bi Lasmi langsung pulang. Di sepanjang perjalanan Bi Lasmi menceritakan semua yang ia alami dan lihat ketika berada dirumah Shena.