Shena terdiam seribu bahasa. Ia merasakan kehangatan dalam dekapan Anres. Kepalanya menempel tepat pada dada bidang Anres. Ia belum berani mengeluarkan kepalanya dari jaket Anres, takut semua orang tahu dengannya.
"Udah belum, Res? Mereka enggak dateng kan?" tanya Shena.
"Kalau lo nggak mau ketahuan, jangan banyak bergerak! Tetap dalam jaket gue." Anres tersenyum manis sembari menikmati tragedi yang membuatnya merasa lebih dekat dengan Shena.
Setelah cukup lama, Shena akhirnya mengeluarkan kepalanya dari dalam jaket Anres. Di lihatnya tidak ada siapapun yang datang ke arah mereka. Jelas, Shena merasa Anres mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Dasar modus lo, Res!" ujar Shena di depan wajah Anres, lalu meninggalkannya.
"Tidak masalah di bilang modus, yang terpenting gue punya kenang-kenangan dari lo, Shen. Gue akan simpen baju gue ini, ogah gue cuci!" terang Anres, lalu meninggalkan kafe itu. Malam itu ia sudah cukup berjuang, akan dilanjutkan besok lagi.
****
Sesampainya Shena dan Leon di rumah. Mereka langsung membahas tentang dugaan cowok yang menjadi pacar Shena itu.
"Oh, jadi pacarnya kamu namanya Anres?" tanya Leon.
"Kok Kakak bisa tahu namanya?!"
Leon tersenyum manis kepada adik semata wayangnya itu. Jelas ia tahu, suara siapa lagi yang terdengar melengking dengan menyebut nama Anres sewaktu di kafe tadi. "Jadi, Anres itu memang pacar kamu?" tanya Leon memastikan.
Shena menggeleng kepalanya cepat. "Bukan! Dia hanya penguntit yang selalu mengganggu Shena di sekolah. Bayangin Kak, masa tiap hari Shena di gangguin mulu. Gimana nggak kesel coba?!"
Leon tampak mengangguk-anggukan kepalanya. Sekarang ia paham kalau cowok yang mempersembahkan lagu bukti tadi adalah teman Shena yang sedang berjuang menaklukkan hati adiknya.
"Kelihatannya baik, Shen."
"Kak Leon apaan sih! Kak Leon sendiri yang bilang ke Shena kalau jangan dekat-dekat sama orang yang bertolak belakang sama kehidupan kita. Iya kan?!"
Leon mengangguk. Ia membenarkan ucapannya kepada Shena. "Ada bedanya, Shen. Kalau orangnya baik nggak apa-apa. Biar nantinya ada yang gantiin Kakak jaga kamu," ucap Leon seolah akan segera menghilang dari kehidupan Shena.
Perkataan Leon berhasil membuat Shena ngambek. Ia tidak lagi memperdulikan Kakaknya itu. Shena lebih memilih masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang papannya itu. Hingga beberapa menit kemudian, matanya tertutup rapat.
****
Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Shena sudah siap dengan seragam sekolahnya, tinggal sarapan yang sudah di siapkan Leon pagi itu.