Anres bertanya-tanya siapa yang mengirim pesan sepotong tanpa nama itu kepada Shena. "Shena mau kemana malam ini? Jangan-jangan mau kencan lagi? Dengan siapa? Harusnya kan sama gue!" tanya Anres dalam hatinya dengan semangat PD-nya.
"Duh! Tu mahluk masih ada atau enggak ya, tapi kok nggak ada bunyi pintu tertutup," batin Shena.
Anres mengambil selimut di dalam lemari UKS karena selimut khusus di ranjang itu sudah ditindih oleh Shena. Suara dibukanya lemari itulah yang membuat mata Shena masih tertutup rapat. Pertanda Anres masih ada di dalam UKS.
Satu menit kemudian, Shena merasakan ada sesuatu yang lembut menyelimuti tubuhnya hingga setengah badan. Membuatnya merasa hangat dari hembusan dinginnya AC.
"Gue pergi dulu, Shen. Jangan sakit lagi. Kalau ada apa-apa sebut nama gue tiga kali. Gue bakal dateng meski lagi liburan di Labuan Bajo," ucap Anres bernada sedih.
Di dalam kepura-puraannya, Shena berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun. Padahal, Shena ingin tertawa keras mendengar ucapan Anres. Selalu Labuan Bajo yang jadi sasarannya.
"Awas aja lo nggak dateng kalau gue panggil tiga kali. Jin kali ya?" Shena hanya bisa berdialog dalam hatinya.
Sudah tidak ada lagi suara apapun di UKS. Barulah Shena membuka matanya perlahan, lalu melihat tidak ada lagi orang lain. Namun, baru menegakkan tubuh, suara pintu UKS kembali di buka. Dengan cepat Shena mengambil posisi tidur lagi. Takutnya Anres kembali.
"Ngapain tu makhluk ke sini lagi?" decak Shena kesal.
"Lo tidur ya, Shen?" tanya Bela dengan pelan.
Lantas Shena langsung membuka matanya lebar-lebar, membuat Bela terperanjat kaget. "Astaga! Jantungan gue. Lo pura-pura tidur, Shen?"
Shena mengangguk. "Iya. Soalnya tadi ada makhluk aneh dateng."
"Maksud lo Anres?"
Shena mengangguk lagi.
"Shen, kayaknya lo harus membuka hati buat Anres deh. Lo tau nggak saat gue ngomong lo sakit, dia langsung nyolong roti sama susu di rak jualan Bu Sar, lalu berlari dengan cepat menuju UKS. Gue bisa lihat ketulusannya. Lo sama sekali nggak ada rasa buat Anres?"
Shena menelan ludahnya, tidak tahu setan apa yang sedang merasuki sahabatnya itu. Kenapa tiba-tiba Bela jadi memihak Anres?
"Gue nggak bisa, Bel. Gue lagi nggak mau bahas itu."
"Ya udah deh. Lo istirahat aja dulu. Gue ke kelas ya. Nanti gue bakal bilang kalau lo sakit."
Setelah Bela keluar, dengan gerak cepat Shena mengambil roti dan susu yang ada di atas meja. Lalu melahapnya dengan cepat, seperti orang tidak makan satu hari. Wajahnya di penuhi dengan raut bahagia.
****