Shena memutar badannya seratus delapan puluh derajat dan mendapati Anres di belakangnya. Shena menghela nafas panjang setelah melihat sosok Anres sedang menatapnya dari jauh, hingga berjarak tujuh meter darinya.
Shena berlari menuju arah Anres yang sedang mematung menatapnya. Lalu, langsung memeluknya dengan sangat erat. "Gue nggak mau kehilangan lo, Res."
Anres tersenyum manis dan membalas pelukan Shena. "Gue udah tahu semua tentang hubungan lo sama bokap gue, Shen."
Shena melepas pelukannya dan menatap Anres tak percaya. "Sumpah, gue bukan simpanan bokap lo, Res. Gue cuma disuruh nemuin bokap lo karena gue di an ....," jelas Shena panjang lebar sebelum akhirnya dipotong Anres.
"Ancam? Gara-gara lo tahu rahasia bokap gue dengan selingkuhannya? Jadi ini alasan lo selama dua tahun jauhin gue?" tanya Anres dengan tatapan serius.
"Lo tahu dari mana dan sejak kapan?"
"Ponsel lo, waktu lo pura-pura tidur di UKS. Awalnya, gue nggak percaya, tapi ketika gue tahu nomor yang mengirim pesan iru adalah nomor bokap gue. Jadi, untuk memastikannya gue memberanikan membuka ponsel bokap, kebetulan sorenya bokap pulang ke rumah, sampai akhirnya gue tahu kebenaran semuanya," jelas Anres sembari tersenyum.
Shena terdiam karena merasa malu kepada Anres karena telah membohonginya dengan pura-pura tidur. "Maaf, gue nggak bermaksud kok."
Anres menutup mulut Shena untuk membuatnya berhenti berbicara. Sekarang, gilirannya mengatakan sesuatu yang penting.
"Sekarang lo udah tahu betapa menyedihkannya hidup gue, Shen. Gue nggak akan mengusik lo lagi, biar lo nggak nganggep gue ngemis perhatian, tapi perasaan gue nggak akan pernah berubah untuk lo, masih sama saat gue jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada gadis dengan sepatu KW miliknya."
Antara ingin marah dan tersenyum, Shena malah mencubit perut Anres, hingga membuatnya meraung kesakitan.
Shena menggenggam tangan Anres dan menatapnya dengan tatapan paling dalam. Orang yang selalu terlihat keren di mata semua orang ternyata menyimpan duka yang mendalam. Untuk pertama kalinya, Shena merasa bersalah karena sudah memperlakukan Anres dengan tidak baik selama ini.
"Sekarang lo punya gue, Res. Kapan pun lo butuh bahu gue untuk bersandar, gue akan selalu ada buat lo," ucap Shena.
Senyum manis terbit diwajahnya. Sekarang, Shena jadi curiga kalau Anres hanya pura-pura dan mengarang cerita. Pasalnya, raut wajahnya cepat sekali berubah.
"Lo nggak bohongin gue kan?"
"Kurang tahu juga sih," ucap Anres, lalu berlari menuju rumah Shena.
Shena tidak mau percaya, Anres memang tahu rumahnya. Sudah ada Leon dan teman-temannya yang menunggu di depan rumah. Anres jadi berhenti mendadak.
"Res, dari mana lo tahu rumah gue?!" teriak Shena tepat di depan semua teman Leon.
Tatapan menyeramkan dari empat orang cowok yang sedang menunggu kedatangan Anres dan Shena berhasil membuat kedua remaja itu berhenti seketika.
Mereka disuruh masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa sederhana. Meski sedikit ketakutan, tapi Anres tetap memasang wajah keren sebagai seseorang yang gentleman.
Sudah ada Leon, Arka, Rizan, dan Janu di depan Anres dan Shena. Tatapan tajam dari mereka membuat Shena menundukkan wajahnya.
"Jangan ada yang menunduk!" tegas Leon.
"Kalian harus menjawab cepat dan serentak saat kami mengajukan pertanyaan. Mengerti!" sambung Arka.
Anres dan Shena mengangguk. "Shen, kita lagi di sidang ya?" tanya Anres berusaha mengajak Shena mengobrol.