Dari Cakrawala Kepada Samudra

Mesach Kartika
Chapter #3

Bunga Bidens

Hari berganti hari, pekan berganti pekan. Tak terasa hampir satu bulan Samudra mengenal gadis manis bernama Cakrawala itu. 


Mereka sudah sangat akrab. Dan bahkan hebatnya seorang Samudra, dia pun bisa akrab dengan semua anak sebayanya di posko pengungsian itu. 


Samudra selalu mencoba mengajak Cakrawala untuk lebih akrab dengan anak lain. Namun, tampaknya itu bukan hal mudah baginya yang terbiasa menutup diri. 


Dibeberapa kesempatan, ketika semua anak laki-laki bermain bola bersama Samudra, dia hanya melihat dari kejauhan. Menunggu Samudra selesai dan menghampirinya.


Dilain hari, ketika waktu makan tiba, ia pasti hanya duduk diam di sebelah Samudra walau anak-anak lain ada di sekitarnya. Cakrawala hanya melihat Sam bercanda tawa dengan yang lain. Dan lagi-lagi hebatnya seorang Samudra, ia tidak sekalipun mengabaikan Cakrawala atau menempatkannya pada posisi antara ada dan tiada. Hal itu sangat menorehkan kesan positif di hati Cakrawala.


Lambat laun, banyak anak yang tadinya enggan dekat dengan Cakrawala mulai mendekat karena selalu ada Samudra di sisinya. Meskipun tidak banyak terlibat dalam obrolan, setidaknya mereka tidak memperlakukan Cakrawala dengan buruk seperti sebelumnya. 


"Sam," panggil Cakrawala pada Samudra yang tengah memetik beberapa bunga akar bidens di sekitar lapangan. 


Saat ini, Cakrawala sudah mulai berjalan menggunakan kruk. Dia berdiri mengekori Samudra yang sibuk memetik bunga.


"Iya." Jawabnya seraya menata setiap kuntum yang telah ia petik. "Ada apa?"


"Kenapa kau mengumpulkan bunga itu?" Perlahan ia berjalan ke bawah pohon besar untuk berteduh dari terik siang.


Angin yang berhembus di bulan Oktober masih terasa gersang. Menyisipkan rasa dahaga yang tak pernah kenal waktu.


"Di sini panas, Sam. Ayo kita berteduh sebentar." Sambungnya setelah bersandar di batang pohon. Disekanya peluh yang membasahi keningnya.


"Sedikit lagi." Jawab Sam tanpa menoleh. 


"Jangan ke semak-semak, Sam. Kalau ada ulat bulu bagaimana?" Tuturnya cemas.


"Iya, ini sudah selesai." 


Samudra berbalik menatap Cakrawala dengan senyum yang terkembang. Dia berlari kecil menghampiri sahabatnya itu, sembari menata buket bunga bidens dalam genggamannya.


"Cantik, ya?" Tanya Samudra.


"Untuk apa kau mengumpulkannya? Seperti anak perempuan saja." Sindir Cakrawala.


"Papa mengatakan akan membawa ku ke makam mama sore ini." Jawabnya dengan tatapan sendu pada buket bunga. 


"Oh, ya? Dimana, Sam?" 


"Aku tidak tahu. Aku lupa nama daerahnya. Apa kau mau ikut dengan ku?" Netra Samudra tampak sedih memandang Cakrawala. 


Lihat selengkapnya