Dari bandara Sabiha Gökçen yang terletak di sisi Asia dari kota Istanbul, kami terbang menuju Antalya. Karena seharian hanya tidur lima puluh menit, aku melanjtkan tidur di pesawt, tiba-tiba Bu Dokter keturunan Azerbaijan, setengah berteriak membangunkanku mengatakan foto…!!! Foto…!!! Bagus. Aku kebingungan apa yang harus difoto. Setengah sadar, aku sempat menyangka ada burung terbang tinggi, yang ternyata gambar burung di bagian ekor pesawat. Beberapa lama kemudian baru kusadari, aku disuruh memotret panorama kota.
Di Antalya transit bertemu dengan kloter lainnya yang berangkat dua hari ke Turki setelah kami, lalu naik satu pesawat yang sama menuju Tel Aviv. Begitu inflight meals disajikan, yoghurt strawberry yang paling memukau lidahku
Penerbangan Antalya (Turki) – Tel Aviv (Israel) ditempuh 1,5 jam. Ingatanku melayang pada serangkaian tantangan yang kulalui, salah satunya visa. Dua hari setelah visa Israel keluar, kami mendengar kabar gembira tersebut. Saat itu empat belas hari sebelum kami tiba di Israel, tujuh hari sebelum kami berangkat ke Turki, dan tiga hari sebelum terbang ke Jakarta. Akhirnya dokumen itu keluar juga.
Daratan Israel mulai terlihat, panorama kota Tel Aviv termasuk alam dan bangunannya. Roda pesawat dikeluarkan lalu menyentuh landasan (runaway), Hatiku bersorak, “Aku akan menginjakkan kaki di Tanah Suci! Tak lama lagi akan bertemu Sang Terkasih!”