Dari Gestapu ke Reformasi

Oleh: Mizan Publishing

Blurb

Untuk mempersiapkan diri, saya mulai membaca mengenai intelijen. Kebetulan di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ada toko buku yang banyak menjual buku-buku tentang soal-soal militer, pertahanan, dan intelijen. Saya membeli banyak buku dari toko yang kabarnya milik seorang pensiunan tentara yang pernah bertugas sebagai pembantu Jenderal Urip Sumoharjo di Yogyakarta pada zaman Revolusi Kemerdekaan dulu.

Nasib membentangkan jalan lain bagi hari depan saya. Sekolah intel di Okinawa itu, entah dengan alasan apa, ditutup. Nah, sebagai gantinya, muncul kesempatan memperdalam jurnalisme di Amsterdam. Saya terpilih. Saya pun mempersiapkan diri untuk berangkat. Karena akan meninggalkan sekolah untuk waktu setahun, saya menemui Prof. Dr. Selo Sumardjan, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (IPK), tempat saya terdaftar sebagai mahasiswa waktu itu. Saya mendapat izin dengan risiko akan ketinggalan dari teman-teman sekelas lainnya. Ketinggalan setahun itu merupakan ketinggalan untuk kedua kalinya sejak saya menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Ketinggalan pertama mengakibatkan saya kehilangan waktu lima tahun, yaitu masa studi di Fakultas Psikologi. Pada 1968, saya "terpaksa" pindah ke IPK setelah menjadi mahasiswa psikologi sejak 1963.

Lihat selengkapnya