Di Balik Debu dan Parfum Mewah
Semenjak kejadian pingsan itu, Intan mulai rutin datang—meski selalu beralasan mau cek progres. Tapi sejujurnya, ada satu alasan yang bahkan dia sendiri enggan akui: Eki.
Eki bukan tipe cowok yang biasanya Intan lirik. Badannya cukup tinggi, kulitnya sawo matang cenderung eksotis—tapi entah kenapa, wajahnya punya pesona khas. Matanya cokelat terang kebiruan, alis tebal, dan rahangnya tegas. Kalau dilihat sekilas, mirip-mirip cowok bule khas Eropa—tapi versi yang lagi dorong semen dan pakai sendal swallow. Rambutnya berantakan, tapi anehnya... cocok-cocok aja.
Sedangkan Intan, gadis kota yang penampilannya selalu on point. Tinggi semampai, kulit cerah, rambut panjang tergerai seperti iklan shampoo. Matanya tajam, sering terlihat dingin—tapi sebenarnya menyimpan luka lama yang belum sembuh. Trauma masa lalu bikin dia jadi cewek super selektif, galak, dan blak-blakan. Tapi... hati kecilnya lembut. Dan ternyata, mudah cair saat dihadapkan pada ketulusan.
Hari itu, Eki sedang mencampur adukan semen. Keringatnya mengalir deras, tapi dia tetap senyum sambil kerja. Tiba-tiba…