Dari Naya Untuk Naya

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #9

BAB 9 PEMBICARAAN WANITA BEBAS

“Eh, Ca…,” Ica menguap malas menatapku.

 

“Mba Sisil tuh gimana orangnya?”

 

“Mba Sisil? Oh, Mba sekamar ya sama Mba Sisil?” aku mengangguk pada jawaban Ica.

 

“Orangnya bebas.”

 

Hanya itu informasi yang kudapat tentang Mba Sisil. Ica sudah terlelap mengabaikan semua pertanyaan yang aku hujamkan padanya sewaktu masih di kos.

 

Sebelum berangkat ke Bali kami sudah dibagi daftar kamar. Setiap kamar berisikan tiga orang salah satunya yaitu aku, Dinda dan Mba Sisil. Kupikir bisa menyudahi perjalanan panjang di kasur setelah seharian tidur sambil duduk. Seperti biasa itu menjadi ekspektasi yang berlebihan. Situasi di hotel sangatlah kacau. Gelombang manusia menunggu tanpa kepastian di lobi hotel. Proses pembagian kunci kamar menjadi polemik yang runyam. Panitia mencoba menetralisir suasana namun tak ubahnya seperti bicara dengan ayam. Mereka berkokok tak acuh dan datang ketika butuh.

 

Wajah para panita semerah kepiting rebus, kerutan di kening mereka menandakan betapa berat tugas yang ditanggungkan. Aku dan Dinda yang sudah dalam kondisi dehidrasi, kolam renang di dekat lobi nampak begitu menawan bagai oasis. Dari pintu masuk aku melihat Mba Sisil matanya menyapu diantara para ayam. Kurasa ia sedang mencari kami, aku melambaikan tangan. Ia membelah keramaian, lalu dengan entengnya bertanya, “Uda dapet kunci?”

 

Secara nalar yang sehat itu tidak masuk akal karena bila kami sudah mendapat kamar kenapa pula kami harus menghabiskan waktu di antara ayam-ayam ini? Dinda membuang pandangan sembarang, menjawab dengan ogah. Dan justru diberi tugas untuk menerima kunci karena Mba Sisil harus berurusan dengan toilet dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Hampir setengah jam dalam kondisi terkapar, akhirnya kami dipanggil. Kunci telah diserahkan. Kami menuju kamar menyambar kasur merebahkan punggung yang kaku. Aku sudah mengabari Mba Sisil. Tak lama ia masuk tapi yang mengejutkan, ia tak datang sendiri. Melainkan membawa dua orang temannya yang entah siapa dengan alasan menumpang karena mereka belum kebagian kamar. Kamar berubah fungsi bak asrama atau tempat perkumpulan rahasia para wanita.

 

Lihat selengkapnya