Dari Naya Untuk Naya

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #12

BAB 12 TANPA ARAH

Virus Corona atau covid yang awalnya hanya menjadi guyonan, mulai menunjukkan taringnya. Laporan demi laporan bermunculan dari orang-orang terinfeksi di negeri ini. Ia menyerang tanpa pandang bulu. Berbagai spekulasi konyol dari orang-orang dengan ketololan hakiki lantang bicara bahwa masyarakat bertingkah berlebihan, bila benar adanya virus ini pastilah ulah pemerintahan. Ini bukti bahwa angka stunting di negara kita masih tinggi. Virus itu awalnya akan menempel pada sel-sel saluran pernapasan dan paru-paru. Jika beruntung maka sel darah putih mampu melawannya. Lalu apa yang terjadi bila sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat? Ia bisa saja merembet merusak organ lainnya. Ini sangat beresiko pada lansia, penderita diabetes, kanker juga darah tinggi dan beberapa penyakit berat lainnya.

 

Pemerintah mulai mengambil tindakan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dari bulan April 2020. Himbauan penggunaan masker dan hand sanitizer semakin digalakkan guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan pencegahan terhadap virus. Pak Arif berubah menjadi pribadi yang paranoid, bagaimana tidak, ia memiliki kolesterol yang tinggi ditambah ia adalah pria beristri dengan tiga anak. Ia yang selalu mengingatkan kami akan bahayanya virus ini. Pak Dana seperti biasanya, ia yang menenangkan Pak Arif di kala ketakutan setengah mati. Melihat mereka berdua sekarang aku mengerti mengapa mereka bisa menjadi duo leader yang baik.

 

Siang itu kami dikumpulkan bersama. Hal seperti ini sangatlah jarang terjadi. Bila bukan berita buruk maka apa? Pak Arif angkat bicara,”Kayak yang kalian tahu sekarang covid menjadi tantangan bagi dunia. Virusnya menyebar luas membuat sektor-sektor kita kacau. Kita sebagai buruh tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Berita terburuknya adalah pengurangan pegawai. Pasti itu bukan keputusan yang kita inginkan. Tapi melihat angka sales yang turun drastis otomatis perusahaan mau tidak mau mengambil keputusan yang sulit. Dikarena kurangnya pengunjung offline, perusahaan mendorong beradaptasi dengan situasi salah satunya adalah dengan melakukan penjualan online guna meningkatkan penjualan.”

 

“Karena kita punya data member, tugas kalian menyimpan nomer mereka dan melakukan broadcast kepada pelanggan. Setelah itu baru kalian upload barang-barang yang ada disini. Jangan lupa cantumkan harga before dan after diskon, karena sekarang semua barang normal hingga diskon 40% dipukul rata menjadi diskon 40%. Nanti mekanisme pembayarannya melalui virtual account. Lalu gimana sistem pengirimannya? Kita akan melakukan COD di sekitar Gresik dan pengiriman paket untuk daerah luar kota. Sampai sini bisa dipahami?” Lanjut Pak Dana. Kami serentak mengangguk mulai bekerja.

 

Ribuan nomer menjadi menu utama kami. Aku, Angga dan Dinda bertiga mencatat nomer-nomer, dipojok ada Dani yang kamera ponselnya paling bagus memotret sepatu demi sepatu serta mencatat harganya. Menjadi sales memang bukanlah pekerjaan yang kami inginkan. Tetapi tak dipungkiri kami telah hidup darinya. Bagaimanapun caranya pokoknya kami tidak boleh sampai kehilangan pekerjaan ini sekarang.

 

Berjualan online sangatlah berbeda. Sering kali kami di ghosting setelah dihujani beribu pertanyaan yang tak mengenal waktu. Benar tak kenal waktu, di pagi ayam saja belum berkokok ada saja notif WA yang masuk. Paling syok pernah ada WA yang masuk pukul tiga pagi. Awalnya kami cukup gembira dengan sistem baru ini tapi nyatanya cukup membebani. Privasi kami terkikis lantaran WA tak tidak terus-menerus masuk. Beberapa hari kami masih belum mendapat hasil sampai di hari ketiga kami melakukan sales online pertama. Dari satu orang mulai bertambah menjadi tiga orang.

 

Lihat selengkapnya