Pak Dana sejak datang sudah nampak gembira. Kiranya apa yang membuat hatinya merekah hari ini? Covid saja masih belum berakhir. Pak Dana yang sudah rapi kedepan, ia mengajak kami berkumpul. Aku, Dinda, Angga dan Dani merapat penasaran apa yang akan disampaikan oleh Pak Dana. Ia menatap kami satu persatu, mendekat seakan ingin membagikan Top Secret milik FBI. Dengan nada seperti berbisik Pak Dana berkata, “Besok Pak Arif ulang tahun loh.”
“Umur berapa pak?” tanya Angga yang sudah bestie dengan Pak Arif.
“Umur 33.”
“Tapi kita ga ada kado Pak gimana ini?” tanyaku memelas.
“Pak Arif tuh ga suka hadiah. Paling dia yang bakal traktir kita. Pokoknya yang penting jangan lupa buat ngucapin selamat ke dia ya.” Jawab Pak Dana seakan membaca pikiranku.
Benar saja malamnya Pak Arif memberi pengumuman. Kita tak perlu repot membawa bekal karena besok ia akan membawakan nasi kuning. Grup menjadi ramai sekali. Aku juga sangat rindu memakan nasi kuning. Selama ini hidangan utamaku berkelit dengan mie instan, nasi goreng, mie ayam, penyetan atau bakso itu saja setiap hari. Paling sering mie sih.
Aku shift pagi dengan Dinda. Pak Arif datang dengan nasi kuningnya. Aku segera mengucapkan selamat ulang tahun padanya, yang kemudian diikuti oleh Dinda dan Dani. Pak Arif menyampaikan terima kasihnya, ia juga berkata agar rejeki kami lancar dan sehat selalu. Sehat selalu menjadi kalimat yang sangat berarti sekarang.
Aku dan Dinda izin istirahat, Pak Arif menyerahkan sekotak nasi kuning padaku. Dengan cepat aku menuju gudang untuk makan. Di dalamnya ada ayam, tumis wortel, perkedel, bihun juga telur dadar. Aku yang anak kos bisa memperbaiki gizi. Anehnya Dinda tak kunjung datang mungkin dia beristirahat di tempat lain.
Pak Arif seperti malas bicara, ia tak mau keluar hanya duduk di depan meja admin sibuk dengan ponselnya. Gilirannya istirahat juga langsung dipakai tidur. Pada saat pulang aku baru tahu apa penyebabnya.
“Oh ya Nay, ini ada nasi kuning punya Angga kamu bawa aja,” aku menerimanya dengan canggung tak kusangka ia ternyata menanggapi guyonan Angga dengan serius. Semalam Angga mengatakan akan datang untuk makan nasi kuning pemberian Pak Arif, padahal ia sedang libur, rumahnya juga berada di Lamongan jadi tak mungkin ia akan datang ke toko. Dari kresek Pak Arif malah mengeluarkan satu kotak lagi, ia memberikannya padaku.
“Ini ambil juga kamu makan sama Ica, Dinda ga mau,” aku kaget sampai mangap mendengar kata Pak Arif enteng.
“Tadi uda tak kasih, tapi dia malah nolak katanya kenyang yaudah,” aku menepuk jidat, ternyata ketidakpekaan Dinda sudah dalam kondisi gawat darurat.