Dari Naya Untuk Naya

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #20

BAB 20 RENCANA KONYOL

“Mba Nay, ih kok ngelamun sih? Telurnya hampir gosong” rengek Ica, menggantikan posisiku memasak.


“Ah, maaf aku ga sadar.”


“Liat nih, ini bukan telur mata sapi namanya, kuningnya aja ga karuan.”


“Iya, tadi ga pas waktu mecahinnya.”


“Uda, ayo makan. Keburu dingin,” ajak Ica, aku hanya mengekor padanya.


Kejadian di bianglala itu membuatku hanyut dalam pusaran kehampaan. Sebuah ruang senyap dengan bayanganku. Memelukku erat hingga mati rasa. Aku ingin berbahagia namun sebagian diriku menolak. Aku yang bertumbuh dalam skema anak baik mempertanyakan kasih macam apa yang layak untukku? Aku terbiasa mendapat kasih setelah memberi. Kasih sesaat yang menjadi candu. Kini mengikis topengku.


“Mba Nay Malem Tahun Baru enaknya ngapain ya?”


“Aku ga ada rencana. Aku juga ga yakin bakal rame.”


“Habis ga boleh libur sih, mau pulang juga nanggung. Mba shift apa tanggal 31?”


“Masuk pagi.”


“Enak dah, aku malah masuk siang. Mba biasanya ngapain kalo malem tahun baru?” Ica melahap satu sendok penuh mie dan telur.


“Ga ngapa-ngapain. Aku kan ga ada motor, kerja ketemu banyak orang pulang masih ketemu banyak orang lagi aku sih ga sanggup mending di kos,” Ica tersedak mendengar penjelasanku.


“Bagus, itu ide bagus Mba. Bagus! Tahun Baru pun kita jamuran di kamar sialan ini. Kenapa cari duit UMR sesusah ini sih? Minimal kalo pun di kos kita bisa apa gitu, something spesial?” Selesai pidato, Ica terbatuk-batuk. Ingat kawan, jangan bicara sewaktu makan.


“Udalah Ca, terima nasib. Toh, tanggal 2 kamu libur kan?” Ica masih meraung-raung, berguling-guling di kasur seperti cacing kepanasan. Aku tahu betul, dalam tempurung tengkoraknya ia harus menghapus semua rencana romantis yang ia buat untuk Mas Dika. Tentu saja, Ica tahu betul ia tak bisa ambil libur di tanggal merah tapi beginilah wanita, suka mempersulit diri sendiri.


Tidak hanya Ica yang membuat rencana manis. Teman-temanku juga, bedanya rencana manis mereka bukan sekedar kata-kata. Contohnya Dani, sang sosialita dengan koneksi hingga menembus dunia lain, akan mengadakan acara bakar-bakar di Surabaya bersama temannya. Para family man seperti Pak Arif dan Pak Dana, menghabiskan malam bersama keluarga sedangkan Angga, ah dia sibuk sekali, ia tak bisa tidur lantaran gadis asal Surabaya yang ia kenal kala berlibur di Bali terus mampir di mimpinya. Iya, Angga telah mabuk dalam untaian kata cinta, sebuah ramuan ajaib yang bisa membuat orang waras menjadi senewen. Angga yang cekatan berubah pelan nan halus lantaran mendengar lagu cinta yang dilantunkan, senyumnya tak pias meski disembur omelan customer, atau ketika ia terjebak banjir saat hendak berangkat kerja, ia tak lagi merasa kesusahan. Baginya jalanan banjir itu tak lebih dari lembah bunga pegunungan Alpen, motornya yang kewalahan terasa ringan tarikannya sehingga ia merasa menaiki permadani ajaib milik Aladin. Baginya dunia yang kelabu adalah dunia meriah penuh warna.


Angga yang sudah tak sanggup merengkuh cinta yang membuncah, berencana mengutarakan perasaannya pada pujaan hatinya di bawah kemilau kembang api Malam Tahun Baru. Angga sibuk dengan segala macam ide romantis. Kurasa tak cuma aku yang suka memainkan film mungkin saja.


***


Lihat selengkapnya