Sudah 2 minggu aku berjibaku mengecek stok. Progres kami telah mencapai setidaknya 65%, sebagian barang sudah dipastikan hilang. Melihat deretan angka nol membuatku bergidik membayangkan berapa nominal yang harus kami keluarkan untuk menggantinya.
Hari ini aku masuk pagi dengan Angga. Aku terjebak di gudang, ditelan oleh ribuan apparel yang berserakan di lantai. Angga mengurus apparel di bagian luar. Mata kami serasa akan segera meloncat sangking lelahnya.
“Daritadi kita di sini tapi kok kayak sama aja ya, malah kelihatan makin banyak.”
“Itu tanda orang laper Nay.” Pekik Angga.
“Nanti kalo Pak Dana sama Dani uda dateng mau makan apa?”
“Soto enak deh. Hei Angga, kamu happy ga?”
“Hah kok tiba-tiba? Mana bisa happy, dia uda punya pacar aku ga ada harapan. Rencanaku hancur lebur. Uda jangan ingetin aku lagi,” jawab Angga ketus, selagi tangannya sibuk memilah baju.
“Bukan itu, maksudku apa kamu happy kerja di sini?”
“Happy dong, banyak orang nganggur tapi aku masih kerja.”
“Berarti kamu ga merasa ada yang kurang?”
“Ya ada dong. Aku ga punya pacar.”