Langit malam di penghujung bulan Maret dibungkus oleh nyanyian suka cita. Ada keluarga kecil yang menyambut anggota barunya. Azura, nama bayi lelaki yang dilahirkan Mba Mila dini hari.
Aku dan Ica merencanakan untuk menengok Malaikat kecil Mba Mila. Karena harus mencocokkan jadwal, Kami baru bisa ke sana 2 Minggu kemudian.
Ica : Mba Nay, besok kita kasih kado apa buat Mba Mila?
Me : Kasih uang aja Ca.
Ica : Ngawur, kalo tengok bayi tuh pasti ngasihnya kado. Kalo uang, rada gimana gitu.
Me : Kita ini telat kesana. Kita ga tau Mba Mila butuhnya apa. Toh, pasti uda banyak yang kasih kado buat bayinya.
Di setiap acara jenguk bayi, hanya sang bayi yang mendapatkan perhatian penuh. Berbeda dengan ibu, padahal ibu sudah mengandung 9 bulan lamanya pun masih banyak tugas dipikulnya. Pengorbanannya bukan main-main, itu sebabnya aku ingin mengapresiasi Mba Mila.
Sepulang kerja, Ica dari Surabaya langsung menjemputku di Cassa Mall. Ah, aku tak sabar bertemu Ica. Dulu, cukup menunggunya pulang, sekarang kami harus ada acara untuk bisa bertemu. Kami sama-sama tenggelam dalam pekerjaan,jarak juga menjadi alasan utamanya.
Ica sudah menungguku di depan mall. Ica melambaikan tangan, aku berlari lantas memeluknya seperti boneka. Pak Satpam yang melihat adegan ini memberi sorot mata seakan bicara ngapain manusia-manusia ini? Kurang lebih begitu.
Kami berangkat ke tempat Mba Mila. Ia, sedang berada di Rumah Orang tuanya.
“Ya ampun, kalian beneran datang. Kamu ini Ca, jauh-jauh dari Surabaya. Kamu emang lagi libur?” Sahut Mba Ica dalam balutan daster yang entah sudah dari kapan ia pakai.
“Iya Mba, besok aku libur. Jadi malam ini bisa nginep dulu di kos Mba Nay.” Mba Mila mangut-mangut mempersilahkan kami masuk.
Si kecil Azura sedang tidur nyenyak. Kami hanya dapat melihatnya dari jauh, takut ia akan terbangun. Bisik-bisik tetangga sudah di mulai, secangkir teh dan bolu menjadi pendamping.
“Hmm…, lihat kalian masih pake seragam, aku jadi kangen masa sewaktu masih kerja,” keluh Mba Mila.
“Bukannya Mba lagi cuti kerja?” tanyaku.
“Ga kok, aku uda resign.”
“Kenapa resign Mba? Kupikir Mba cocok deh jadi guru TK.” Ica ikut berkomentar setelah melahap satu potong bolu. Karena tidak bisa kembali ke Go Sport, setelah menikah Mba Mila bekerja menjadi guru TK.