Dari Naya Untuk Naya

Zsa Zsa Eki Liztyasari
Chapter #32

BAB 32 HARI RAYA HARI MAAF-MAAFAN

Penjualan toko meningkat drastis mendekati hari Lebaran. Banyak orang yang ingin merombak dari ujung kepala hingga ujung kaki. Semua ingin tampil baru saat nanti menerima tamu di rumah. Lagi pula sudah lama mereka tidak merasakan sensasi nikmatnya lebaran.


Pak Dana sedang ribut dengan si nyonya membahas pergantian libur. Wanita satu ini benar-benar tak paham cara bekerja dalam satu tim. Heran, mengingat dia lolos menjadi kepala toko.


Aku mendapat kehormatan untuk libur pada hari Lebaran pertama. Sama halnya dengan Pak Dana. Ia juga terkena virus Lebaran, anak-anaknya merengek menagih baju baru. Dari story-nya Pak Arif sibuk membuat nastar, pria ini sungguh suka sekali bergelayut di dapur. Untuk manusia super sibuk bukan SuperHero tak lain dan tak bukan Dani terkena dampaknya paling keras. Kami semua tahu ia sudah melalang buana mengelilingi mall dari ujung Sabang hingga Merauke demi mencari baju lebaran terbaik. Awalnya dia bilang ingin pergi ke penjahit sehingga ia dan seluruh anggota keluarganya bisa berkeliling ke saudara dengan baju warna hijau sage. Tapi ia urungkan lantaran semua penjahit menolaknya mentah-mentah.


Angga lebih santai, hatinya sudah lapang melepas pujaan hati yang mengkhianati hatinya. Iya yakin pada awal baru setelah Lebaran. Pria itu justru ribut perkara model rambut. Ia ingin membuat gebrakan baru sehingga mantan pujaan hatinya merasa sedikit menyesal? Pokoknya si Angga ingin menjadi pria tampan maksimal.


Aku beda lagi, yang penting melaksanakan sholat Lebaran di rumah. Suasana masjid di sana yang paling kurindukan. Mengingat tahun lalu aku tak bisa pulang dan hanya pergi sholat bersama Ica. Ica terus menangis hari itu, seharian ia hanya bisa melakukan video call dengan keluarganya. Kebetulan ada kerabatnya yang berbaik hati di Gresik, mereka mengirimkan opor dan juga jajan lebaran.


Pak Arif juga begitu kasihan melihat nasibku dengan Ica, ia tertawa terbahak-bahak melihat kami terjebak menjadi satu di Gresik, sungguh pria murah hati.


Aku mendapat libur pada malam takbiran dan hari Raya Pertama. Sensasi pulang kampungku, disponsori oleh kardus berisi jajanan, layaknya orang mudik pada umumnya. Papa terbelalak melihat kardus yang kubawa. Membayangkan akan duduk dalam posisi tidak nyaman selama nyaris tiga jam kemudian. Jalanan padat sekali, sepadat kardus yang malang melintang dengan ikat rafia pada setiap kendaraan. Malam berjalan dengan lambat di tengah hamparan manusia.

Lihat selengkapnya