Hari ini kami tuntaskan dengan berkeliling rumah tetangga. Beberapa rumah sudah kosong sejak kami kunjungi mereka pasti sedang pergi ke rumah saudaranya. Kebanyakan dari mereka bertalian saudaraan dengan desa sekitarnya. Muda-mudi di sini lebih suka dengan ide mencari pasangan yang dekat. Itu sebabnya kalian bisa melihat orang di desa saling mengenal satu sama lain.
Biasanya yang sudah terlalu tua akan berada sendiri di rumah. Contohnya emak, rumahnya berada di belakang rumahku, ia di tinggal sendiri oleh anaknya lantaran takut di bonceng sepeda motor. Di malam hari ia yang sendirian, merekahkan senyum melihat kami.
“Loh, ini cantiknya perawan satu ini. Ga pernah kelihatan. Kerja ta?” Emak, selalu mengajukan pertanyaan ini setiap tahun.
“Iya, kerjanya jauh di Gresik. Jadi pulangnya sebulan sekali,” jelasku.
“Loh, jauhnya. Ga, cari kerjaan dekat sini aja ta? Kan, enak nanti nikahnya sama orang sini.”
“Nikahnya masih lama,” celetuk Mama yang tak terima. Hatinya tak rela sampai hatiku direbut oleh pria dari sini. Baginya pria-pria tak lebih dari lelaki tidak berambisi dan berjiwa besar. Baginya itu tidak sebanding dengan anak perempuan satu-satunya yang rela merasakan pahitnya merantau dengan berbekal ijazah SMA. Papa juga begitu, ia tak pernah mau merespon percakapan ini, tanda sangat tidak setuju.
Beda dengan Nara yang sudah bolak-balik berganti pacar dengan orang sini. Pikirnya Nara masih terlalu kecil untuk memahami jenjang hubungan serius jadi mereka membiarkannya.
Kami selesai berkeliling di sore hari. Tak ingin aku terlalu lelah, karena besok aku akan lembur dari pagi hingga malam. Ketika aku sedang bersantai sembari mengelus Oci yang manja Mama datang.