"Elo Raina, kan?" sergah seorang cowok berwajah semringah yang tiba-tiba menghadang seorang siswi berpenampilan modis bak model.
Raina, siswi kelas sebelas SMA Gentara. Ia menelisik cowok di depannya ini dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Elo siapa?" tanya Raina balik.
Cowok itu tersenyum lebar. "Gue Reiner," katanya sambil mengulurkan tangan hendak berkenalan.
Tanpa menyurutkan senyumnya sedikitpun, Reiner terus menatap Raina dengan berbinar.
"Elo yakin enggak tahu gue?" Reiner tampak percaya diri. Tangannya masih setia terjulur ke arah Raina.
Gadis berambut panjang pirang itu melirik tangan Reiner yang terulur. Beberapa detik, barulah Raina berjabat tangan dengan Reiner. Perlahan juga, Raina mulai melengkungkan bibirnya.
Keduanya saling melempar senyum penuh arti. Cukup lama mereka saling menjabat tangan, sampai Raina yang lebih dulu melepasnya.
"Emang perlu ya, gue tau elo siapa?" Pertanyaan itu tidak terdengar sarkas, malah jelas sekali jika Raina hanya ingin meledek cowok di depannya ini. Cowok yang menurutnya memiliki paras idealnya.
"Yup," jawab Reiner menganggukan kepalanya sekali. "Elo wajib tau siapa gue, karena gue mau, elo jadi pacar gue."
"What?" Raina membulatkan matanya, terkejut, dan tidak percaya. Bukan soal dirinya, tetapi Reiner ini benar-benar antimainstream menurutnya.