Dari Sebuah Impian

Eddy Tetuko
Chapter #7

Diselamatkan Tabung APAR


Namun pembajak itu tidak memperdulikannya. Tidak juga berbelas kasihan sama sekali, tidak memberi ampun kepada pemuda yang sudah pasrah.

Akan mengakhiri segera pertarungan ini secepatnya!

Terus menebaskan pisaunya dengan memperlihatkan wajahnya yang menakutkan, disertai umpatan semakin tidak jelas.

Berusaha sekuatnya untuk tidak menyerah begitu saja, terus menyepakkan kedua kakinya, menghindari tebasan pisau.

Tanpa di sangka-sangka posisinya tepat berada disamping kereta troli beroda, berisi berbagai jenis makanan dan minuman didalamnya.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan. Meraihnya kemudian dihempaskannya dengan sekuat tenaga ke tubuh pembajak itu, sempat membuat pembajak itu limbung.

Isi dalam troli berhamburan ke lantai.

Lansung berdiri tegak, mendorong kembali dengan ke dua tangan lebih kuat, di saat pembajak itu limbung. Dihantamkan troli itu ke perut pembajak, ditabrakkan ke dinding.

Usaha secara kebetulan ini mampu membuat pisau terpegang terlepas dari genggamanya. Bisa bernafas sedikit untuk melakukan serangan selanjutnya.

Dihalaunya troli itu meluncur deras ke depan kokpit sampai terbalik menindih Kapten Pilot Adi Nugroho. Isi dalam troli terpelanting, tumpah  tidak karuan.

Sekarang tinggal berdua saja berdiri berhadapan, keduanya sudah tidak memegang senjata, sepertinya akan berlanjut dengan perkelahian tangan kosong diantara keduanya.

Bagaimana mampu berkelahi dengan tangan kosong melawan pembajak berbadan kekar ini, kepalang basah!

Hantaman kereta dorong dihempaskannya tadi, tidak berarti apa-apa baginya. Tidak ingin membuang waktu, kali ini pembajak akan meraih kembali pisau tergeletak dilantai.

Entah kekuatan apa yang mendorongnya, pemuda itu berani menubruk pembajak bertubuh kekar, sebelum sempat meraih pisau itu kembali.

Terjadi pergumulan tidak seimbang diantara keduanya, berkali wajahnya terkena pukulan tangan kekar pembajak, sampai bibirnya jontor dibuatnya. Berdarah! .... Mungkin saja giginya ada yang copot.

Kewalahan menghadapi, meskipun mencoba membalas dengan pukulan, sempat juga mengenai wajahnya tapi sepertinya tidak merasakan sakit, justru tangannya sendiri kesakitan. Seakan memukul tembok!

Tidak berhasil menggagalkan pembajak itu meraih pisau, ketika berusaha mencegahnya malah ditendang dari belakang, mengenai perutnya sampai terjengkang kembali ke lantai.

Usaha untuk menciderai pembajak dengan menghantamkan troli tadi, gagal total! Justru dirinya sekarang yang babak belur.

Apa lagi yang bisa dilakukan? Di saat pisau komando sudah tergenggam di tangan pembajak itu kembali.

Begitu berat cobaan dan penderitaan dialaminya, tidak bisa dicerna oleh akal sehat bertarung dengan pembajak profesional. 

Siapalah dirinya hanya seseorang tersesat dalam lorong mimpi yang menjadi kenyataan.

Kali ini sosok bertubuh kekar menyerang kembali lebih ganas. Terlihat semakin marah besar, merasa dipecundangi oleh anak baru kemaren sore.

Harga diri dan reputasinya sebagai kombatan bayaran disegani, ditakuti seantero padang tandus sahara. Terluka! 

Dengan leluasa menyabetkan pisaunya membabi buta. Kali ini harus bisa membunuh bocah ingusan itu.

Tidak ada jalan lain lagi selain terus beringsut mundur, sambil terlentang. Terus menendang sebisanya, hanya sekedar memberikan hiburan bagi malaikat elmaut akan mencabut nyawanya sesaat lagi.

Apa lagi tenaganya semakin terkuras habis, tendangannya semakin melemah tidak terasa apa-apa lagi.

Sudah tidak ada harapan lagi, tinggal menunggu ajalnya. Ke dua kaki tidak bisa digunakann untuk menyepak lagi. Ujung pisau tajam akan dihujamkan ke dadanya.

Sampai pada akhirnya ke dua kakinya berhasil diraih tangan kiri pembajak, didekapnya kuat-kuat. Sementara tangan kanan menggenggam pisau komando menghujamkan ujung pisau ke paha pemuda itu.

Lolongan jerit kesakitan membahana saat itu juga, suaranya menerabas seluruh ruang kabin pesawat sampai menembus langit-langit! Tidak ada seorang pun mendengarnya, apa lagi menolongnya.

Di saat kritis itu sambil menahan rasa sakit luar biasa. Lagi- lagi di luar dugaan, tangan kanannya tanpa sengaja menyentuh tabung dingin tergeletak di lantai, di dekat ke tiga pramugari tergeletak.

Merasa ini merupakan kesempatan terakhir untuk dapat mengakhiri penderitaan panjang dialaminya. Mudah-mudahan berhasil! 

Seandainya tidak berhasil, tidak akan ada lagi yang bisa diharapkan. Mencengkeram kuat-kuat pegangan tabung baja, dengan sisa-sisa tenaga masih ada, dilemparkannya tabung itu sekencang-kencangnya.

Seketika itu juga tabung baja melayang dengan deras, menghantam wajah pembajak itu dengan telak!

Tinggal satu inchi lagi, ujung pisau menghujam kejantungnya!

Hantaman tabung baja APAR, seberat hampir lima kilo gram, dilemparkan, berhasil tepat mengenai wajah pembajak itu .... Luar biasa dampaknya, diluar perkiraan!

Lihat selengkapnya