Dengan pengetahuan terbatas hanya selintas saja mempelajari di laptop, belum berani menyentuh apa pun, takut salah mengartikannya. Membiarkan saja gagang kemudi masih bergoyang sendiri. Menunggu ada seseorang akan memandunya.
Dalam bayangannya semula sepertinya mudah saja menerbangkan sebuah pesawat terbang, sepertinya semua sudah diatur dengan otomatis tinggal mengikuti saja sesuai daftar check list.
Ternyata tidak semudah seperti itu, ketika sudah duduk di dalam kokpit, dalam keadaan pesawat terbang mengangkasa di ketinggian seperti ini. Segala sesuatunya menjadi buyar berantakan, hanya tinggal kengerian saja dirasakan.
Meskipun bukan berada di tengah-tengah kuburan yang sebenarnya. Melainkan duduk dalam kursi empuk, berhawa sejuk, dikelilingi instrumen dan tombol super canggih. Tetap saja terasa meniti "Jembatan Shiratal Mustaqim" .... Jembatan sebesar rambut dibelah tujuh!
Seperti juga layaknya mengikuti permainan "Russian Roulette," berjudi dengan maut. Dimana sebuah pistol diisi satu peluru, lobang lainnya dibiarkan kosong. Kemudian selongsong itu diputar secara acak, diarahkan ke dahinya sendiri.
Begitu berhenti kemudian ditarik pelatuknya, bila menemukan selongsong yang kosong kita akan selamat. Kepala masih utuh.
Lain halnya saat ditarik pelatuknya, ternyata ada peluru di dalam selongsongnya ... apa yang terjadi. Bayangkan saja sendiri seperti apa?
Sama halnya yang dialami sekarang, salah memencet tombol. Tamat sudah riwayatnya! Secanggih-canggihnya pesawat ini ada aturannya, tidak bisa sembarang saja menekan tombol atau merubah sesuatu.
Kalau sedang membawa mobil tidak begitu masalah, paling mogok ditengah jalan, tinggal didorong saja, Tapi ini pesawat terbang, sedang tidak berada di landasan, tapi di atas di ruang hampa, kosong.
Tombol, monitor panel, lampu dan segala instrumen canggih memenuhi ruangan ini betul-betul membuat dirinya mabuk, pusing tujuh keliling.
Meskipun ada sedikit rasa kebanggaan berada di dalam kokpit ini, tidak semua orang bisa mengalaminya. Tapi hilang begitu saja, manakala membayangkan apa yang akan terjadi kemudian.
Kejumawaannya dapat membuat pesawat dan seluruh penumpang di dalamnya, terjerembab ke dasar laut!
****
Sementara itu di Istana Kepresidenan
dalam rapat kilat dirahasiakan, dipimpin oleh Presiden sendiri dihadiri pimpinan tertinggi ke empat Angkatan: Darat, laut, Udara serta Kepolisian.
Setelah mempelajari segala sesuatunya, dengan mempertimbangkan keselamatan orang lebih banyak lagi. Tidak ada solusi lain yang lebih baik dilakukan, selain memutuskan akan menembak jatuh pesawat Boeing 73, sedang dibajak!
Di dalamnya berisi 130 penumpang dari berbagai suku, bangsa dan negara. Saat ini sudah mendekati Ibu Kota!
Keputusan berani penuh dengan resiko tinggi telah diputuskan oleh Presiden .... Sudah melalui pertimbangan masak-masak. Meskipun ada pro kontra diantara petinggi pejabat Negara. Tapi Presiden sebagai Panglima Tertinggi paling berhak memutuskan.
Salah satu kemungkinan yang paling ditakutkan, apa bila pembajak itu akan melakukan aksi bunuh diri, dengan sengaja menabrakkan pesawat ke salah satu gedung tertinggi di Ibu Kota.
Atau yang lebih parah lagi pesawat sedang dibajak itu, ditenggarai membawa paket virus baru lebih lebih dahsyat dari pada virus sebelumnya. Sengaja akan disebarkan keseluruh penjuru kota.
Bila salah satu alasan itu benar adanya, dipastikan akan jatuh korban lebih banyak lagi. Melebihi jumlah penumpang yang ada di dalam pesawat tengah di bajak saat ini!
Lebih baik mengorbankan 130 orang penumpang di dalam pesawat Boeing 737, dari pada ribuan sampai jutaan korban lagi akan terkena dampaknya.
Itu merupakan perhitungan yang realistis, guna menyelamat orang lebih banyak lagi. Tidak bisa terbantahkan lagi, harus dieksekusi sekarang juga sebelum semuanya menjadi terlambat.
Keputusan berani, dan gila ini tentu saja nantinya akan merusak reputasi, kredebilitas Negara di mata dunia Internasional. Akan dipertaruhkan!
Karena banyaknya penumpang warga negara asing dari berbagai penjuru dunia, termasuk yang akan dikorbankan. Sungguh dilema besar dihadapi Presiden, berkemungkinan akan dilengserkan oleh rakyatnya sendiri.
Tidak cukup hanya itu saja, imbasnya akan terjadi demo besar-besaran di setiap negara di belahan bumi ini. Negara dianggap tidak mampu mengatasinya, malah rakyatnya sendiri dan warga dunia lain dikorbankan.
Dimana seharusnya seluruh penumpang, sandera dalam pesawat sedang dibajak, diperioritaskan untuk dibebaskan dari cengkeraman teroris.
Belum lagi reaksi dari Duta Besar negara sahabat, akan melakukan pemutusan hubungan diplomatik dari negara penumpang berasal. Sangsi, dan embargo akan dijatuhkan oleh Negara Adi Daya dan sekutunya.
Segala kemungkinan ini bisa saja terjadi, bila mana keputusan menembak jatuh pesawat tengah dibajak, tidak ditangguhkan.
Tidak bergiming dengan akibat ditimbulkannya, bila keputusan yang ekstrim ini diambil. Tidak ada cara lain lebih manusiawi dari pada membiarkan pesawat, terbang sendirian tanpa dikendalikan oleh Pilot yang sebenarnya bagaikan "Hantu di siang hari bolong," akan meluluh lantakan Negeri ini!
Masukan dan bantuan dari berbagai lintas Negara dan Benua dipertimbangkan oleh Presiden, kemungkinan akan ditanggapi dengan serius.
Namun pada kenyatannya ..."
Diam-diam dua buah pesawat tempur Sukhoi SU - 27, sudah bersiap di landasan dari bandara dirahasiakan