Dari Sebuah Impian

Eddy Tetuko
Chapter #11

Gagal Mendarat


Pengalaman pertama kali dalam seumur hidupnya, mengendalikan pesawat sebesar ini sesuai dengan yang diimpikannya. Semakin bertambah semangat mengikuti instruksi dari Kapten Hardiansyah.

"Disebelahnya ada tombol 'Range,' putar ke 80." Terus memberikan intstruksi.

"Sudah digeser ke 80 Kapten. Mulai pusing saya Kapten." Merasakan mata mulai berkunang-kunang akibat rasa tegang berlebihan dirasakannya.

"Tenang saja, konsentrasi ambil napas. Sekarang saatnya menurunkan ketinggian pesawat. Baca di situ, 'Altitude Heading Speed.' Putar ke posisi 3000!" Dengan sabar Kapten Hardiansyah terus memberikan pengarahan.

"Huuf ... mana panel itu ... Ini dia! Ups, salah, bukan 4000, tapi di 3000." Hampir saja salah mengetik.

"Tombol itu bisa ditarik, tarik sekarang!" lanjut Kapten Hardiansyah.

Tidak sulit melakukannya tinggal menarik tombol itu saja. Sungguh di luar dugaan reaksi ditimbulkan setelah tombol ditarik.

Sekarang pesawat mulai menurun dengan sendirinya secara otomatis.

"Kapten ...! Pesawatnya turun dengan sendirinya." Kegirangan seperti bocah mendapat mainan baru.

"Good Job! Di kiri tengah ada komputer seperti kalkulator, warna hitam, ada papan ketik abjad. Bisa dilihat?"

Kalau yang ini ada di laptopnya tidak sulit menemukannya, berada persis disampingnya. 

"Ketemu Kapten. Apa yang harus saya ketikkan?"

"Ada tombol, 'Dir.' Tekan itu, ketik CKG, masukkan, insert, tekan lagi"

"Insert, tekan Dir, ketik CKG. Insert lagi, done! Selesai, Kapten!." 

Terasa merinding melakukan ini, takut bersentuhan dengan dengan Co. Pilot sudah tidak bernyawa lagi.

"Masih lama lagi, Kapten?" Sudah pening dibuatnya.

"Jangan mengeluh, waktu berjalan terus. Perhatikan ada tombol FCU, putar ke 320. Di layar biru akan berubah 320."

Ini baru tahu, tidak ada waktu menanyakan apa maksudnya, putar saja kepengaturan 320, sesuai perintah Kapten Hardiasyah. 

"Sudah Kapten, lanjut." 

"Perhatikan sebelah kiri, ada tongkat hitam 'Ground Spoiler Arm,' terbaca 'Speed Brake.' Turunkan ke bawah sampai full."

"Ya, ampun, banyak sekali yang harus di setting. Kapan mendaratnya?" berguman sendiri

Sementara pesawat terus terbang lurus sudah menurunkan ketinggiannya. Tapi anehnya tidak ada pesawat lain terlihat di kaca jendela kokpit. Bukankah bandara ini selalu ramai dari pesawat turun, naik?

Tidak mengetahui bandara akan di tuju telah disterilkan sejak tadi, tidak boleh ada pesawat lain turun, naik dari sini. Hanya diperuntukan untuk menyambut kedatangannya saja.

Bukan main! Sampai sebegitunya.

Mana lagi ini, Ground Spoiler Arm ada terbaca Speed Brake? .... Akhirnya ketemu juga langsung ditarik full.

" Beres, Kapten!"

"Bagus ... belum selesai, kembali ke komputer, dilayar kanan ada terbaca 'Hold,' tekan, 'Clear!" Terus memberikan instruksi.

"Hold, tekan Clear .... Oke, Kapten. Masih lama lagi, Kapten?"

"Jangan main-main terus konsentrasi! Di pojok kanan bawah terbaca FPLN, 'Discounity,' tekan lagi, Clear!"

Masih berada di dalam layar komputer, tidak sulit menemukan.

 "Sudah, Kapten!" 

Hufff ... masih belum selesai juga rupanya. Takut pesawat sudah keburu menyentuh tanah, sebelum sampai ke landasan yang sebenarnya.

Kapten Hardiansyah juga sudah menyadari, tidak banyak lagi waktu tersisa, memberikan instruksi lebih cepat.

"Tekan lagi Insert, kanan, bawah Discounity FPLN. Tekan, Ok!" Meneruskan lagi tanpa jeda

"Ada tombol, 'Approach.' Tekan itu. Lihat monitor lagi. Bacakan!"

"Astaga, pelan-pelan Bos .... Terbaca, ALT, GPR, LOCK, diapakan ini?"

Ternyata rumit sekali untuk dapat mendaratkan pesawat, seandainya ini berhasil, dirinya sudah menjadi Pilot sungguhan, seperti diangankannya.

Belum selesai jangan menghayal dulu, konsentrasi lagi.

"Sekarang lihat tombol, NAV, ada tulisan, QLS. Putar ke posisi,103."

"Sabar Kapten, dicari dulu. Ok, ketemu sudah diputar 130."

"Tekan ALS disebelahnya. Kemudian tarik, Flap, ke angka 1, 2, 3!"

"Dimana posisinya, Kapten! .... Sudah, ketemu, tarik 1, 2, 3. Selesai!"

Lihat selengkapnya