Dari Sebuah Impian

Eddy Tetuko
Chapter #14

Penyamaran


Setelah menghubungi Devara menceritakan rencana bakal dilakukannya nanti, mulai bersiap melakukan aksinya.


Masih menunggu semua penumpang dan crew pesawat sadar semua. Seandainya dia keluar sendiri saja pasti langsung diamankan oleh pihak berwajib, akan diintrograsi segala macam disuatu tempat yang dirahasiakan.


Tidak boleh ada yang menemuinya, karena dialah satu-satunya saksi kunci dalam peristiwa pembajakan pesawat tersebut. Pasti akan memakan waktu lama, berkemungkinan tidak bisa bertemu dengan Devara lagi. 


Sementara Devara sendirian saja sedang dalam bahaya, harus segera diselamatkan. Itu yang ada dalam pikirannya. Keinginan untuk dapat segera keluar dari dalam pesawat ini terpaksa ditangguhkan, dapat merusak rencana telah dipikirkan sejak tadi.



Pasukan Komando sudah mengepung pesawat ini dari berbagai arah, belum juga diperintahkan untuk mendobrak paksa pintu pesawat. Pihak berwenang masih menghawatirkan ada virus berbahaya dalam pesawat itu.


Saling menunggu, tidak ada juga komunikasi antara menara pengawas dengan seseorang berada dalam pesawat itu. Pesawat masih diseterilkan.


Water canon masih terus melakukan penyemprotan ke badan pesawat. Bila sudah selesai mungkin akan langsung dilakukan penyerbuan oleh Pasukan Komando.


Dalam situasi tidak menentu ini tiba-tiba saja terjadi keajaiban, seluruh penumpang terlihat mulai sadar kembali secara bersamaan.


Beberapa orang penumlang sudah dapat berdiri dari tempat duduknya. Demikian yang terjadi pada seluruh pramugari sudah terbangun dan berdiri semua. Meskipun limbung saling bertabrakkan, layaknya anak menjangan baru saja dilahirkan, sempoyongan, berusaha berdiri tegak.



Kapten Pilot Adi Nugroho berdiri sempoyongan seperti orang sedang mabok, berpegangan pada dinding pesawat. Melihat ketiga pramugari Dita, Shela serta Bela sudah mulai terbangun juga. 


Kapten Pilot Adi Nugroho masuk ke dalam kokpit melihat pemandangan mengerikan. Rekannya Co. Pilot Rio Sudibyo bersimbah darah, sudah tidak bernyawa lagi. Ruang kokpit porak poranda, kaca jendela pecah.


Semua instrument, peralatan dan tempat duduknya dalam kokpit tertutup busa semua. Bekas darah berceceran. Terdapat tabung APAR tergeletak di lantai isinya sudah menyembur keluar semua. Mengotori dinding pesawat.


Dita merupakan pramugari senior dalam pesawat ini, tidak habis pikir dengan situasi dialaminya sekarang.


"Ada apa ini Kapten, kenapa semua menjadi berantakan begini?"


"Iya, ada apa ini kak, kenapa kita tadi pingsan semua. Ya Allah, apa yang terjadi dengan Pak Rio, kenapa sampai begitu."


Shela merupakan pramugari termuda diantara kelimanya merasa aneh dengan situasi seperti ini, merasa prihatin dengan kondisi Co.Pilot Rio Sudibyo.


"Coba periksa semua penumpang dan crew lainnya apa ada yang cidera." Perintah Kapten.


"Coba kamu Bela, lihat temanmu dibelakang," ujar Shela kepada yuniornya Bela.


"Persiapakan evakuasi seluruh penumpang keluar dari pesawat ini, segera." Perintah lanjut Kapten Adi Nugroho.


Kapten Adi Nugroho masih belum memahamii kenapa pesawat ini sudah berada di landasan. Tidak merasa telah mendaratkan pesawat.


Tidak tahu sedang berada di bandara mana. Kenapa pesawat sudah mendarat di sini. Siapa yang mengendalikannya pesawat tadi. 


Bangku didudukinya kosong melompong, meninggalkan ceceran darah masih segar. Melihat juga sepucuk senjata api beserta pisau komando tergeletak dilantai kokpit.


Mendengar riuh rendah banyak orang di bawah. Tidak bisa dilihatnya kaca jendela tertutup busa! Tapi bisa terlihat sekilas dari jendela pecah disamping Co.Pilot.


Menemukan lagi, seseorang tergeletak sekarat di lantai. Ke dua tangannya terikat sabuk pengaman telah terpotong.


Seluruh ruang kabin berantakan, makanan minuman berserakkan dimana-mana. Kereta troli sempat menindihnya terbalik menumpahkan semua isinya.


Melihat anak buahnya berjalan gontai menyusuri lorong. Seluruh penumpang dalam kabin menggeliat berusaha bangun dari tempat duduknya.


Sebagai penanggung jawab tertinggi dalam pesawat ini. Kapten Pilot Adi Nugroho harus bertindak cepat mengevakuasi seluruh penumpang. Situasi sekarang dalam kondisi darurat. 


Memerintahkan seluruh pramugari membuka pintu utama pesawat, mengaktifkan pelampung luncur. Termasuk ke empat pintu darurat.

Secepatnya mengeluarkan seluruh penumpang dalam pesawat.


Meraih gagang telepon, melaporkan ke menara pengawas semua temuan dilihatnya, meminta pertolongan segera.


Anggi dan shinta, ke dua pramugri tergeletak dibelakang tadi, berusaha menenangkan beberapa penumpang terlihat panik. Kegaduhan terjadi di dalam kabin pesawat, penumpang yang telah sadar kembali berebut ingin keluar


"Anggi, Shinta! Buka pintu pesawat dibelakang, aktifkan tangga peluncur, arahkan penumpang keluar dari pintu itu!' Teriak Kapten Adi Nugroho.


Sementara Shela dan Bela berusaha membuka pintu depan, meskipun masih dalam keadaan setengah sadar. Pada akhirnya semua pintu berhasil dibuka oleh awak kabin. 


Seketika itu juga tangga luncur di pintu utama depan dan belakang mengembang dengan sendirinya. Kapten Adi Nugroho sibuk mengarahkan seluruh penumpang menuju pintu keluar.


Di dalam pesawat Boeing 737 seri terbaru ini terdapat empat pintu kabin, termasuk dua pintu kabin utama untuk keluar masuk penumpang.


Terdapat juga dua pintu di atas ke dua sayap, merupakan pintu darurat, bisa dibuka dengan menarik handle di atas dan di bawah dengan kedua tangan.

Lihat selengkapnya