Jenazah Co. Pilot Rio Sudibyo dibawa kerumah duka, setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, diiringi para karabat, teman seprofesi, juga pejabat tinggi dari berbagai maskapai penerbangan.
Setelah tiga jam lamanya dilakukan investigasi seluruh penumpang yang selamat, tidak ditemukan indikasi terlibat dalam aksi pembajakan. Mereka kemudian diperbolehkan menemui karabatnya.
Pecah tangis berhamburan saat pertemuan mengharukan itu terjadi. Saling berpelukan satu sama lainnya.
Demikian juga Carolina, akhirnya bisa bertemu dengan Ayahnya serta Tina, tidak lama lagi akan menjadi Ibu tirinya.
Carolina menceritakan pertemuannya dengan Devara menceritakan juga peristiwa dialaminya, saat ini kabur dengan temannya, menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang yang memburunya.
Begitu diperlihatkan foto teman Devara. Kaget bukan main kedua pasangan itu.
"Bukankah orang ini yang berbincang dengan kita di bandara tadi," ujar Mr, Andreas
Tina memperhatikan foto itu. "Iya, tidak salah lagi, memang ini orangnya. Ya, ampun semoga dia baik-baik saja."
"Jadi Papa mengenal orang ini," penasaran Carolina
"Iya, Papa dengan Tina mengenalnya dengan baik, meskipun hanya sebentar saja pertemuan itu terjadi. Kami pikir dapat bertemu lagi dengannya di sini. Tapi ternyata dia tidak ada bersama kita."
"Papa, Kita harus berbuat sesuatu untuk bisa menolongnya." Nampak kecemasan di wajah Tina.
"Tadi Carolina sempat menawarkan kepada Devara agar meminta perlindungan di kedutaan Jerman di sini. Bukankah Papa mengenal baik staff kedutaan Jerman di sini?"
"Iya, iya, Papa mengenal baik mereka, nanti Papa akan diskusikan bagaimana cara terbaik kita bisa menolongnya. Kedutaan memiliki instrumen hukum untuk dapat memberikan suaka "
Masih ada tahapan pemeriksaan dan keperluan administrasi berhubungan kompensasi dan santunan. Berkemungkinan juga akan dikarantina dulu, sebelum semua penumpang diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing.
Sementara itu pemuda berhasil membawa mobil ambulans terus melaju di jalanan beton landasan pesawat, dengan lampu rotary menyala. Melewati puluhan tentara bersenjata menjaga sekeliling bandara.
Nasib baik menaunginya , tidak ada satu pun tentara yang menghalanginya, malah menyingkir memberikan jalan. Dikiranya mobil ambulans itu sedang membawa korban sedang sekarat, perlu ditangani segera ke rumah sakit.
Tidak ada alasan untuk memberhentikan dan memeriksa mobil ambulans itu. Korban harus diperiotaskan. Apa lagi ini menyangkut peristiwa besar menggemparkan jagad raya.
Dengan leluasa mobil ambulans dapat keluar dari landasan pesawat terbang, tanpa menemui halangan apa pun. Sekarang menuju pelataran kedatangan penumpang, menjemput Devara!
Di dalam gedung terminal tampak seorang gadis berlari tergopoh menuju lift, akan menghubungkannya ke lantai satu, dua dan tiga dalam gedung terminal yang megah ini.
Suasana dalam gedung ini sepi dan lenggang, tidak ada calon penumpang datang dan pergi, karena bandara ini ditutup. Kecuali suara derap sepatu Rosita sedang berlari. Menggema seantero gedung.
Keramaian terpusat disekeliling pesawat terbang Boeing 737, dimana sedang berlangsung drama evakuasi penumpang.
Sudah mencapai pintu lift kaca transparant, tapi bilik lift masih berada di lantai tiga, belum meluncur ke bawah. Sudah berkali menekan tombol lift, belum juga bilik itu turun.
Terasa lama sekali menunggu, tidak ada tangga biasa untuk menuju ke lantai dua. Seandainya ada, lebih baik menggunakan tangga itu.
Merasa ada orang yang mengikutinya sejak tadi, saat ini sudah berada tidak jauh darinya. Rasa takut mulai menjalar sampai di ujung rambutnya. Bilik lift belum juga turun, ingin rasanya menendang tombol lift ini.
Belum sempat ditendang, bilik sudah turun, pintu lift langsung terbuka. Bergegas masuk ke dalam. Dua sosok laki-laki yang mengejar tadi, sudah sampai juga depan lift. Tapi pintu lift sudah keburu tertutup. Selamat!
Suara sirine sebuah mobil ambulans meraung sepanjang jalan menuju terminal kedatangan. Sudah mendekati terminal, tapi Devara tidak terlihat di depan pelataran.
"Kenapa belum juga tiba di sini, bukankah tadi sudah diberitahu, apa sedang mengalami masalah," bertanya dalam hati.
Beberapa orang berada diterminal kedatangan memperhatikan kedatangan mobil ambulans, menyembunyikan sirene dan menyalakan lampu rotary dengan penuh tanya,
"Siapa yang di bawa dalam mobil ambulans itu, korban dari peristiwa pembajakan, kah?"
Tidak jelas siapa yang di bawa dalam mobil ambulans itu, kalau kita melongok ke dalam mobil itu, memang tidak ada siapa-siapa. Hanya kamuflase saja, agar dirinya dapat keluar secepatnya dari bandara ini.
Namun kenapa juga Devara tidak terlihat batang hidungnya? Menghubungi Devara.
"Hallo! Adik ada di mana sekarang, kenapa tidak muncul. Odi sudah ada di depan terminal kedatangan. Apa tidak mendengar bunyi sirine, ambulans?"
Bukannya tidak mendengar bunyi sirine mobil ambulans itu. Tapi rupanya Devara sedang bersembunyi dibalik pintu, ketika melihat dua orang yang mengejarnya tadi sudah berada di lantai dua.
"Kemana buronan kita tadi, dia menghilang, coba kamu cari ke sebelah sana," ujar salah satu laki-laki berbadan kekar.
"Tadi saya lihat ada dekat taman itu bos, saya akan cari di sana," jawab laki-laki satunya lagi.
Devara bersembunyi di balik bilik sedang direnovasi, menerima panggilan dari temannya sudah menunggu di depan.
"Ada dua orang laki-laki mengikuti Devara sejak tadi, sekarang Devara sedang bersembunyii. Odi bisa jemput Devara ke sini. Devara takut diculik oleh mereka," menjawab panggilan temannya dengan penuh kecemasan.