Dari Syukur Hingga Syakur

Sukma El-Qatrunnada
Chapter #10

Kehilangan Kedua

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 154)

~~~


Pagi itu, ketika Zaitun sudah selesai mandi dan hendak memakai seragam putih-merah, Listi mencegahnya untuk berangkat ke sekolah. Zaitun hanya menurut meski dia sangat ingin pergi ke sekolah. Dia memang anak yang rajin. Selama ini Zaitun selalu hadir jika tidak benar-benar sedang sakit yang tak memungkinkannya untuk pergi ke sekolah.

"Simbok sakit. Badannya panas. Atun di rumah saja, bantu mengurus Simbok."

Penjelasan Listi kemudian membuat Zaitun mengerti kenapa dia dilarang berangkat ke sekolah. Zaitun memang tidak mengerti kalau Mbok Darmi sedang sakit. Selama ini keadaannya memang tak sesehat dulu, tetapi Mbok Darmi masih bisa berjalan ke mana-mana. Berbeda dengan kali ini. Mbok Darmi hanya terus berbaring di spring bed yang sudah tampak tua. Zaitun semula mengira neneknya itu hanya sedang lelah dan masih mengantuk, makanya tak lekas keluar kamar seperti biasa.

Zaitun belum cukup mengerti separah apa kondisi Mbok Darmi. Dia hanya bisa menuruti apa saja yang dikatakan Listi.

Mbok Darmi tak mau makan ketika hendak disuapi Listi. Bahkan suapan dari Zaitun pun tak dihiraukannya. Listi lalu memanggil dokter ke rumah. Lasmi juga dihubungi agar segera datang ke rumah. 

Melihat ibunya datang, tentu saja Zaitun sangat senang. Sudah hampir dua bulan dia belum bertemu ibunya lagi. Memang belum jadwal Lasmi untuk datang berkunjung. Biasanya tiga bulan sekali Lasmi baru mengunjungi Zaitun dan Mbok Darmi. Namun, keadaan darurat membuatnya harus segera datang.

Sejak tinggal di Jakarta, baru kali ini Mbok Darmi sakit cukup serius hingga sampai tak kuat untuk bangun. Biasanya meski kurang sehat, Mbok Darmi masih mau makan dan duduk-duduk di sofa atau teras. 

Seorang dokter laki-laki datang dan langsung memeriksa keadaan Mbok Darmi. Katanya Mbok Darmi hanya demam biasa. Hanya butuh banyak istirahat dan mengonsumsi makanan berserat untuk memulihkan kesehatannya. Setelah dokter pamit, Lasmi membantu Mbok Darmi meminum pil-pil yang beberapa kali ditolaknya.

"Tun, pel ruang tamu, lantainya kotor," kata Listi ketika hendak membuat teh hangat di dapur. 

Zaitun segera menurut. Lantai memang tampak kotor karena belum sempat dibersihkan. Sesuai perintah, dia hanya mengepel bagian ruang tamu. Lagi pula Listi beberapa kali bolak-balik dari kamar Mbok Darmi ke dapur. Jika dipel juga, nanti lantainya licin. 

Ketika Zaitun sudah selesai mengepel dan sedang membersihkan kain pel di kamar mandi, terdengar suara-suara seperti tangisan dari kamar Mbok Darmi.

Lihat selengkapnya