Jika tak ada lagi yang mencintai dirimu, maka ingatlah kamu masih punya diri sendiri.
~~~
Kesedihan setelah kehilangan Mbok Darmi belum sepenuhnya terobati, tetapi Zaitun harus kembali merasakannya lagi. Pada saat dirinya merasa butuh kehadiran sang ibu untuk mendekapnya dengan cinta yang selama ini dia butuhkan, tetapi justru dirinya ditinggal sendirian. Ketika dia ingin belajar untuk lebih mengenal ibunya, tetapi kehadirannya sudah jauh dari jangkauan.
Dalam hitungan bulan hingga tahun yang terus berganti, ibunya tak kunjung kembali. Zaitun benar-benar tak mengerti, apa alasan sebenarnya ibunya pergi. Apakah semua karena salahnya yang belum bisa menjadi anak berbakti? Apa mungkin karena ibunya tak sepenuhnya menyayangi Zaitun karena kehadiran dirinya sejak dulu memang tak pernah dinanti? Zaitun sungguh tak menyangka semua akan menjadi seperti ini.
Zaitun telah tumbuh menjadi remaja yang setiap hari berangkat sekolah dengan seragam putih-biru. Seiring pertambahan usianya, bertambah pula beban hidupnya. Perlakuan para sepupunya juga semakin menjadi. Bukan hanya memerintah, terkadang Wawan main tangan jika Zaitun dianggapnya telah melakukan kesalahan. Tamparan dan pukulan begitu mudah dia layangkan kepada Zaitun yang tak pernah melawan.
"Emang anak yatim kayak lu tuh cuma nambah-nambahin dosa aja. Tuh makanya mamak lu pergi, nggak mau ngurusin lu lagi."
Zaitun hanya terdiam mencerna kata-kata menyakitkan yang mudah sekali terucap dari bibir laki-laki bertubuh tinggi berisi itu. Segitu burukkah nasibnya? Wawan kerap mencaci dan mengatakan bahwa kehadirannya di tengah keluarganya hanya menambah dosa. Sebab, jika Zaitun yang seorang anak yatim dipukul dan dicaci, Wawan sadar akan berdosa. Namun, dia tetap saja melakukannya. Padahal kesalahan yang dilakukan Zaitun hanyalah perkara kecil. Misalnya, Zaitun belum selesai mengepel lantai, tetapi justru asyik menonton televisi. Jika ketahuan, maka Wawan akan segera memberi hukuman berupa pukulan dan makian.
Sakit fisik mungkin bisa cepat diobati. Namun, tidak dengan hati yang sering dicaci dengan kata-kata keji. Walaupun begitu, Zaitun tak pernah mencoba melawan Wawan. Dia terima begitu saja dirinya disakiti. Dia benar-benar merasa sendiri. Tak ada lagi yang mencintai. Listi juga seolah tak terlalu peduli dengan dirinya. Jika kebetulan Listi tahu Zaitun sedang bertengkar dengan Diar, maka Zaitun yang selalu disalahkan. Sungguh berbeda perlakuan Listi padanya sejak Mbok Darmi pergi.