Semakin dewasa, semakin banyak hal baru yang akan membuatmu bahagia ataupun terluka.
~~~
Seorang teman sekelas yang berwajah cantik dan tampak selalu rapi dalam mengenakan kerudung, sering menjadi pusat perhatian Zaitun secara diam-diam. Bahkan sejak masa orientasi sekolah, Zaitun sudah sering memperhatikannya. Tidak disangka perempuan itu rupanya menjadi teman sekelasnya. Zaitun senang melihatnya karena perempuan itu bisa memakai kerudung dengan sangat rapi dan terlihat cantik dengan selembar kain penutup aurat. Sementara Zaitun, dia masih harus belajar memakai kerudung segi empat dengan dibantu teman kosannya. Kerudungnya sering kurang rapi, bahkan miring sebelah. Dulu ketika di Jakarta Zaitun memakai kerudung bergo yang tidak membutuhkan kemampuan khusus dalam memakainya.
Anak perempuan itu bernama Dian. Dia tak terlalu banyak bicara di kelas. Tergolong tipikal siswa pendiam seperti Zaitun. Dia duduk paling belakang di deretan bangku yang berada di dekat jendela. Sementara Zaitun duduk di bangku paling depan pada deretan bangku yang sama.
Belum ada percakapan antara Zaitun dan Dian, hingga suatu ketika Dian menawarkan sebuah buku tulis petak, khusus untuk menyalin pelajaran Matematika.
"Atun sudah punya buku petak Matematika?" tanya Dian dari tempat duduknya dengan sedikit ragu.
Zaitun menggeleng. "Belum," jawabnya sembari tersenyum kecil.
"Mau beli punyaku nggak? Aku punya beli satu pack."
Mendapat tawaran begitu, Zaitun langsung mengangguk mantap. Dia memang membutuhkan buku itu karena ternyata guru mata pelajaran Matematika mewajibkan setiap siswa untuk memakai buku yang isi halamannya berupa petak-petak kecil. Lalu terjadilah transaksi jual beli pertama kali di kelas Zaitun.
Berawal dari membeli buku, Zaitun selanjutnya mengetahui bahwa Dian ternyata juga berdarah Jawa. Dia tinggal di daerah Satuan Pemukiman Jawa (SPJ) yang berada di wilayah Sumatera Barat. Selain Dian, teman sekelas Zaitun yang berdarah Jawa ada dua orang lagi. Namanya Reta dan Indah. Singkat cerita mereka berempat akhirnya menjadi teman akrab. Kemudian bertambah satu orang lagi teman akrabnya. Nia, seorang gadis santun bersuku Minang. Mereka berlima pun kemudian membentuk sebuah geng yang dinamai Five Che_Moth. Terdengar sedikit norak dan konyol memang. Namun, mereka cukup bangga menjadi satu geng dan saling menyapa dengan panggilan "Moth".