Percayalah, janji Allah itu benar! Tugas seorang hamba hanya berikhtiar dan berdoa. Biarkan Allah yang menentukan hasilnya.
~~~
Setelah satu tahun bekerja di Galeria, pinjaman Zaitun kepada Bank akhirnya lunas sudah. Dia bisa bernapas lega setelah terikat utang selama dua tahun. Akhirnya Zaitun bisa kembali fokus untuk mengejar mimpi-mimpinya yang selama dua tahun terabaikan begitu saja.
Sebelum masa pendaftaran ke perguruan tinggi ditutup, Zaitun pun menyatakan keinginannya untuk berhenti bekerja dari Galeria karena ingin melanjutkan pendidikan ke salah satu Universitas yang ada di kota Padang.
Anika, pemilik toko Galeria tidak rela jika Zaitun harus pergi begitu cepat. Dia dan Zaitun sudah begitu dekat. Karyawan di Galeria ada enam orang. Selain Zaitun, tak ada yang pernah diajak Anika menemaninya bermalam di toko jika suaminya sedang pergi belanja ke Jakarta. Hanya Zaitun juga yang diberi kepercayaan duduk di bangku meja kasir ketika Anika dan suaminya sedang tak ada di toko.
Seperti atasan Zaitun sebelumnya, Anika berusaha meyakinkan Zaitun agar tetap bertahan di Galeria.
"Tun, untuk apa kuliah? Lebih baik Atun kerja, bisa mengumpulkan modal untuk membuka usaha sendiri. Atun kan jago manggaleh. Kakak juga kan tamatan Akademi Keperawatan. Tapi, setelah Kakak pikir-pikir, mending Kakak manggaleh."
Panjang lebar Anika berusaha meruntuhkan keinginan Zaitun untuk melanjutkan pendidikan. Anika juga mengatakan bahwa dia dan suaminya sudah punya rencana untuk menaikkan gaji Zaitun setelah lebaran. Selain itu, Zaitun juga akan disediakan tempat tinggal di ruko, agar tidak perlu lagi mengurangi hasil kerjanya untuk membayar sewa kos.
Zaitun hampir goyah mendengar beragam hal positif yang disampaikan Anika jika dia memilih tetap bekerja di Galeria. Dia pun kemudian bercerita kepada Martanti dan Jianto melalui pesan singkat, walau isinya cukup panjang. Dia membutuhkan pendapat dari keluarga tentang langkah terbaik yang harus diambilnya.
"Pokoknya sekarang, kamu tetap kuliah. Yang penting itu titel. Untuk yang lain, itu urusan nanti."
Membaca kalimat dari Jianto itu, Zaitun pun memutuskan untuk tetap pada pendiriannya. Sedekat apa pun dia dengan atasan, yang paling utama adalah mewujudkan impian.
Tepat satu minggu setelah hari raya Idulfitri, Zaitun berangkat ke kota Padang. Dia bersyukur bisa menumpang pada Setia, adik kandung Jianto yang tinggal sudah lama tinggal di Padang bersama suaminya. Setiap Idulfitri Setia akan merayakannya bersama keluarga di Kampung Jawi. Zaitun jadi bisa sedikit menghemat uangnya yang pas-pasan karena tidak perlu membayar ongkos travel untuk menuju Padang.
Berbekal sisa tabungan dari hasil kerja di Galeria sebesar 1.400.000 rupiah dan ditambah 200.000 rupiah dari Jianto, Zaitun mengadu nasib ke tanah perantauan selanjutnya. Dia hanya membawa tas berisi pakaian. Tidak seperti calon mahasiswa lainnya yang datang ke Padang seperti orang mau pindahan. Membawa peralatan masak, lemari, hingga kasur, dan masih banyak yang lainnya.