Hari ini, di kantor baru Juno mendapatkan sebuah panggilan yang tidak dia harapkan, telpon berderi,
dreng dreng dreng.
''Halo, selamat Perwira. ''
''Pagi Juno, bagaimana kabar kamu?, bisakah kamu ke ruang saya sebentar?.''
''Baik Perwira.''
''Ada apa ini, apa lagi yang ingin dia bicarakan kepada ku, huh....(ambil nafas panjang) ''.
Juno yang sedang di ujung rasa senang karena sang ibu sudah di nyatakan pulih oleh dokter mendadak langsung berubah raut wajah gara-gara telpon yang tak di harapkan dari Perwira, dimana Juno tau bahwa Perwira lah yang menjadi kaki tangan Tuan selama ini, tapi karena tak adanya bukti membuat dia aman tanpa bisa di jerat hukuman.
Naik ke lantai 6 dalam keadaan tak menyenangkan hati membuat Juno ingin menghubungi Jinni, tapi entah kenapa sudah 2 hari ini Jinni di hubungi tak kunjung bisa, saat Juno menghubungi kediamannya di Villa, kata asistennya, Jinni sedang sibuk di laboratorium dan tak ada yang boleh mengganggu.
Hingga hari ini Juno belum mengetahui bahwa Jinni sudah tak ada lagi di Korea, tapi dia sudah meninggalkan negara ini kemarin untuk bertemu profesor di Slowakia. Entah apa yang di pikirkan Jinni kenapa dia tidak membaritahu Juno tentang kepergiannya.
Tok tok tok,
''silahkan masuk. ''
Hormat kepada perwira, hormat di terima.
''Silahkan duduk Juno''.
''Maaf ya sebelumnya tentang waktu itu. ''
Perwira membicarakan kejadian saat penangkapan nenek Jinni di Villa, karena ternyata penangkapan nenek Jinni atas perintah Perwira dan Juno di larang untuk ikut serta dalam penangkapan itu sedangkan Juno justru yang menangani kasus itu selama ini.
Kekecewaan Juno memuncak karena dia baru mengetahui soal penangkapan itu saat semua satuan kepolisian sudah mengepung Villa Jinni. Karena tak punya kekuasaan, akhirnya Juno hanya bisa pasrah dan tetap mencoba menerobos masuk untuk bisa bertemu dengan Jinni di lantai atas waktu itu.
''Tidak Perwira, itu adalah kesalahan saya, dan saya menyesali akan hal itu, tolong maafkan kesalahan saya. '' (walau hati Juno tak menerima, tapi ini adalah pekerjaan yang dia pilih dan dia juga harus menerima setiap konsekuensinya).
''Saya akan memaafkan kamu dengan syarat. ''