Kehidupan pasca operasiku, aku tak terlalu mengingatnya. Yang kuingat adalah rasa sakit yang tak kunjung henti. Namun semua itu terbayarkan saat usiaku 7 tahun. Saat aku diperbolehkan sekolah, meski aku harus ekstra hati-hati agar kepalaku tak terbentur sesuatu.
Saat itu rambutku sudah panjang sebahu, dan aku dimasukan ke sekolah dekat rumah. Seperti biasa, untuk pertama kalinya masuk ke sekolah dasar aku diantar ibuku.
Dan ibuku memilihkan tempat duduk di baris kedua untukku. Disana sudah ada anak perempuan yang akan menjadi teman satu bangku aku. Namanya Sri, anak yang berlesung pipit dan rambutnya yang dikepang dua.
Sehari, dua hari, hingga berhari hari aku sekolah tanpa diantar orangtuaku, semua berjalan lancar-lancar saja. Sampai dimana aku mulai mendapat bullying, cemoohan, hinaan, khususnya dari para anak lelaki. Anak perempuanpun ada, tapi mereka tidak terang - terangan. Melainkan main mata, dan aku sudah terbiasa.
Toh, faktanya aku memang pincang, faktanya aku memang cacat, lalu kenapa? Salahkah?
Apa dengan keterbatasan fisikku aku mempengaruhi hidup mereka? Tidakkan? Lalu apa salahku?
Akan tetapi, sejauh ini aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka bahwa berkat hinaan mereka aku bertahan. Berkat cemoohan mereka, aku memiliki mental yang kuat. Berkat mereka jauhi, aku berprestasi dengan cukup gemilang.
Terima kasih banyak telah melatih mentalku sejak dini, sehingga aku hidup mandiri. Terima kasih karena telah melihat kesalahanku sampai ke yang terkecil, sehingga aku dapat langsung memperbaiki itu.
Apa kabar kalian? Aku harap kalian baik - baik saja. Aku senantiasa berdoa agar kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku doakan kalian agar dapat mencapai apa yang kalian targetkan.
Kalau ditanya sakit gak? Nyesek gak?
Aku akan menjawab "sangat"
Manusia mana yang sudah diperlakukan seperti itu tidak sakit?
Tapi tenang, aku tidak dendam. Aku sudah lama berdamai dengan diriku sendiri. Sudah kusiapkan mentalku jauh - jauh hari, jadi yaa.... Sudah bisa menghandle diri sendiri.
Hampir setiap hari, disaatku baru pulang sekolah. Ibuku selalu menanyakanku tentang sekolah.
"Bagaimana sekolahnya?"
"Kamu bisa mengikutinya kan?"