Kebiasaanku setelah selesai kuliah adalah menjelaskannya apa yang aku dapat hari itu pada Gerald. Dan respon dia sangat - sangat baik. Dari sanalah yang akhirnya terjadi diskusi antara dua keyakinan.
Meski topik diskusi kita berat, dan merupakan hal yang sensitive, namun pembawaan kita santai.
Itulah sebabnya, aku dan Gerald sering merasa heran mengapa diluar sana banyak oknum yang selalu meributkan perihal agama. Padahal sudah jelas dalam Al-Qur'an juga, untukku agamaku, dan untukmu agamamu. Sesimple itu.
Kebiasaan unik Gerald adalah kalau dia sudah buntu tidak memiliki ide atau dia merasa lelah karena aktivitas di hari itu. Tiba - tiba saja, dia mengirimkan voice note kepadaku. Dia mengirimkan suaranya, sedang bernyanyi.
Aku yang sudah paham dengan tabiatnya, maka aku mengatakan,
"Apa cerita hari ini?"
Setelah mendengar hal itu dia langsung bercerita yang tentang apa saja yang dialaminya hari itu. Karena jujur saja, Gerald itu sering cerita denganku. Gerald juga sering tiba - tiba bilang,
"Sya... Aku mau cerita bla bla bla"
Aku juga tidak tahu awalnya Gerald bisa seterbuka itu denganku. Bahkan ibunya pernah bilang gini padaku,
"Gerald itu biasanya hanya terbuka sama ibu, tapi semenjak kenal sama kamu, Gerald sering bercerita pada ibu bahwa dia juga sering cerita sama kamu, dan tak jarang topik pembicaraan ibu dan Gerald adalah kamu."
Aku yang mendengar pemaparan dari ibunya hanya bisa tersenyum, bingung mau bereaksi seperti apa. Tapi jika dipikir - pikir, Gerald mulai sangat terbuka sekali sama aku setelah aku membaca tanda tangannya dia.
Saat itu dia berkata, "sudahlah, menyesal aku minta bacain tanda tangan, terbongkar semua."
Aku hanya tertawa, padahal yang bisa aku baca ya hanya yang umum saja, karena pasti kebanyakan orang juga seperti itu. Ya ampun Rald, maaf aku menertawakanmu. Salah siapa kamu sangat lucu.
Oh iya, Gerald juga berpartisipasi dalam penulisan ini, meski tidak secara langsung. Mengapa? Karena dulu saat tahun 2019 aku sempat berniat untuk berhenti menulis. Tapi Gerald dengan perlahan berkata padaku,
"Apakah kamu yakin Sya? Coba dipikirkan dulu. Itu hal yang sangat kamu sukai loh. Stok karyamu masih banyak kan yang belum di publish? Publish semua aja, barangkali itu menjadi jalan kamu sukses, kan tidak ada yang tahu. Aku jugakan sudah baca karyamu, dan bagus kok. Kamu sudah bertahan sampai sejauh ini Sya, masa iya mau merelakan itu semua? Dan ingat, banyak loh yang mau menjadi kamu dengan semua bakatmu. Mana Sya yang aku kenal saat optimis? Mana Sya yang aku kenal sangat percaya diri?"
"Apakah menurutmu aku bisa Rald?" Tanyaku ragu.