Setelah Gerald menyatakan perasaannya padaku, kami sempat lostcontact. Kami hanya berinteraksi dengan saling membalas story di media sosial. Namun saat covid melanda negeri tercinta ini, tiba - tiba Gerald memberi kabar padaku.
"Kamu sehat kan? Semoga sehat selalu yaa Sya."
"Alhamdulillah baik Rald, how about you?"
"Puji Tuhan, aku lagi kena covid Sya, haha."
"Astagfirullah.... Baru kali ini ada yang kena covid tetep ketawa. Tapi gapapa bikin enjoy aja."
"Iya, Puji Tuhan. Makanya aku menghubungi kamu."
"Oh iya, ada apa emangnya?" tanyaku penasaran.
"Biar aku gak stress Sya. Udah lama juga ya kita gak ngobrol."
"Iya, dikira aku kamu pundung karena aku nolak kamu haha." Ucapku dengan niat bercanda.
"Emang iya sih Sya, tapi aku kangen ngobrol sama kamu." Gerald mengakui.
"Tapi aku gak kangen sama kamu Rald, maaf. Haha." Jawabku masih terus tertawa.
"Gapapa, setidaknya kalau aku gak bisa dapetin hati kamu, jangan sampai aku kehilangan teman sebaik kamu."
"Padahal aku gak baik loh Rald."
"Kan orang lain yang menilai, dimataku kamu baik, karena aku melihat sikapmu padaku sangatlah baik."
"Emang aku ngelakuin apa sama kamu sampai kamu anggap aku baik?" Tanyaku pada Gerald.
Bukannya menjawab, Gerald malah bertanya padaku, "Menurutmu aku baik gak Sya?"
"Baik." Jawabku cepat.
"Emang aku ngelakuin apa sama kamu sampai kamu anggap aku baik?" Tanya Gerald lagi.
"Senjata makan tuan ini namanya." Jawabku sebal. Gerald hanya tertawa.
Aku mengakhiri percakapan hari itu karena harus segera pulang ke asrama. Tetapi hari berikutnya tiba - tiba saja aku sudah mendapat pesan dari Gerald.
"Sya kamu lagi apa ee?" Tanya Gerald.
"Ya kalau aku bisa bales kamu ya berarti aku lagi di kampus, cari WiFi."
"Oh iya ya, kamu gak bawa hp ya? Berarti ini lagi nugas? Aku ganggu ya?"
"Gak kok, kenapa?"
"Brownies mati Sya, sisa Panda." Gerald memberi tahu.
"Ya ampun, sabar ya Rald." Jawabku sedanya.
"Iya dari kemarin dia sakit, pencernaannya gagal. Jadi kurus banget, dan gak mau makan. Jadi dia mati."
"Kasian Panda sendirian." Responku.
"Iya, dia sekarang gak ada temen main, apalagi kalau aku kuliah."
Panda dan Brownies adalah anjing peliharaan Gerald. Dinamakan Panda karena memang warna bulunya hitam dan putih seperti Panda. Sedangkan, Brownis karena warnanya cokelat keemasan, seperti kue dari kejauhan.
Gerald menceritakan itu karena dia tahu aku juga sangat menyukai anak anjing, jadi dia suka rutin mengirimkan foto atau video kedua anjingnya yang sangat lucu itu padaku.
Karena Gerald tahu, aku tidak mungkin memelihara seekor anjing, karena nanti sulit membersihkan najisnya. Aku bersyukur Gerald mengerti hal itu.
"Sya, Sya, Sya, Sya..... Syaaaaaaaaa........."
"Apa Rald?" Jawabku sedikit kesal.
"Iseng aja wleee." Jawabnya. Aku hanya melihat pesan itu, tanpa membalasnya.
"Syaaa...... Aku bosen dikosan."
"Aku aja setahun gak keluar biasa aja." balasku adu nasib.
"Kan beda lohh."
"Eh aku boleh tanya gak?" Tanyaku tiba - tiba.
"Tanya apa?"
"Kamu kalau mau makan doanya apa ya? Kok tiba - tiba aku kepikiran aja wkwk."
"Terima kasih Tuhan aku bisa makan dan minum, gitu." Jawabnya.
"Oalah....."
"Kenapa gitu?" Tanya Gerald.
"Gak, cuma penasaran aja."