Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #10

Tujuh Menit

Pada awalnya, aku bahkan tidak tahu akan keberadaan univ itu, sampai aku ikut mengantarkan adikku untuk mendaftar ke salah satu pesantren. Saat itulah aku pertama kali melihatnya, dan saat itu jugalah aku pertama kali jatuh hati. Ya, kamu tidak salah baca. Jatuh hati pada gedungnya. Haha.

Pertama kali aku melihat gedung kampus itu, otak licikku menyusun rencana jahat. Aku sekedar penasaran saja dengan gedung yang dari luar terlihat sangat megah itu. Dan memang, tidak sembarang orang yang dapat masuk ke sana, alhasil, aku mencoba untuk mendaftar kesana.

Saat pertama kali aku datang ke universitas tempatku berkuliah. Ibuku sudah mempunyai janji dengan salah satu mahasiswi yang kuliah disana. Setelah ibuku mengirimi pesan padanya, muncul notifikasi yang berisikan pesan.

"Wa'alaikumussalam, baik bu. Saya akan tiba disana sekitar tujuh menit lagi." Melihat balasan seperti itu, ibuku memberitahukan kepada ayahku.

"Oke oke, coba kita check ya bener gak tujuh menit sampe." Ucap ayahku dan menyalakan stopwatch. Melihat itu aku hanya geleng - geleng kepala.

"Kalau emang beneran bisa tepat sampe tujuh menit, berarti emang bener yah, kedisiplinannya tinggi." Kata ibuku.

Enam menit berlalu, dan masih belum ada tanda - tanda kemunculan mahasiswi itu.

"Kira - kira bakal tepat tujuh menit gak ya?" Tanya ibuku.

"Liat aja nanti, ini bentar lagi." Jawab ayahku. Sedangkan aku hanya mendengarkan saja, membisu. Karena otakku sibuk meyakinkan diriku, apakah benar aku mau kuliah disini? Apakah aku yakin?

Karena bukan apa - apa, aku berfikir ulang lagi juga ada sebabnya. Ahh.... Rasanya kalau mengingat hal ini konyol juga. Karena ternyata gedung yang aku lihat itu, gedung yang telah membuat hatiku jatuh hati sehingga ingin kuliah disana adalah area kampus putra.

Sedangkan kampus putri keberadaannya beda kota, harus menempuh setidaknya tiga jam perjalanan menggunakan mobil.

Dan melihat gedungnya tidak semegah kampus putra. Ahh.... Mengingat ini, jengkel lagi rasanya. Memang benar ya, segala sesuatu itu tergantung niatnya. Aku niat awalnya sudah salah, sehingga ekspetasiku juga dipatahkan oleh keadaan.

Lihat selengkapnya