Ada kejadian yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku, sekaligus memalukan. Dimana saat aku interview dalam pendaftaran universitas hal itu terjadi.
Saat sudah saatnya aku untuk interview, aku semakin gugup, keringat dingin, tanganku bahkan terasa sedingin es. Terlebih, yang meinterviewku adalah seorang ustadz, yang jelas menambah rasa gugupku, karena segan.
Dalam bab sebelumnya sudah sering aku beri tahu bahwa aku kuliah di universitas berbasis pesantren, sehingga dosen - dosennya tak lain merupakan seorang ustadz dan ustadzah.
Saat aku memasuki ruangan beliau, yang kulihat adalah penuh dengan kewibawaan. Melihat itu, nyaliku semakin menciut. Tetapi alhamdulilah, interviewnya lancar, sebelum kejadian ini terjadi.
"Baik, sekarang coba bisakah kamu praktekan salah satu sholat wajib, hmm... Sholat magrib." Perintah beliau. Aku pun bersiap memposisikan diri seakan hendak sholat.
"Usholli sunnata....." Ucapku gugup. Dan kegugupanku bertambah saat beliau memberhentikan praktek sholatku yang bahkan baru saja aku mulai.
"Lohh.... Loh..... Sejak kapan sholat Maghrib sunnah? Kamu ikut ikut imam yang mana?" Tanya beliau terheran - heran, dan kulihat sudut bibir beliau sedikit terangkat, mungkin beliau hendak tersenyum namun ditahannya.
Entah karena ingin menjaga perasaanku agar tidak terlalu merasa malu atau memang menjaga wibawanya. Intinya saat itu aku sudah sangat malu. Ingin lenyap dari hadapan beliau saat itu juga.
"Hmm.... Afwan ustadz, saya gugup jadi Ndak fokus. Maaf ustadz." Jawabku gelalapan.
Ingin rasanya aku ingin lenyap dari muka bumi. Ingin rasanya aku langsung lari keluar dan tidak menemui beliau lagi, tapi itu hanya terjadi dalam pikiranku saja.
Nyatanya, aku tetap melanjutkan apa yang memang harus aku lanjutkan, meski aku sudah kehilangan kepercaya diriku.
Setelah selesai interview aku keluar dengan perasaan lega, seperti tak ada beban. Tapi, rasa maluku yang tak hilang - hilang.
Sempat aku berfikir juga, sepertinya aku tidak akan lolos masuk univ itu karena kejadian tadi. Tapi ternyata lagi - lagi Allah SWT menunjukkan rasa kasih sayang-Nya lagi kepadaku.
Aku berhasil masuk ke universitas itu, dan bahkan sekarang sudah menjadi alumni univ itu.
Dulu aku tak pernah berfikir akan kembali berkuliah di pesantren, karena aku juga sebenarnya sudah sejak lulus SMP berniat untuk melanjutkan ke umum saja. Tapi ternyata, rencana Allah itu lebih baik ya, masyaallah.