Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #13

Totalitas Tanpa Batas

Balik lagi ke kuliah tadi, meski pertama kali aku masuk ke kelas tatapan mereka sulit diartikan, bahkan cenderung tidak bersahabat. Tapi setelah kenal lebih dalam, mereka semuanya sangat baik.

Memang benar apa kata pepatah ya, tak kenal maka tak sayang. Dan jangan pernah menjudge seseorang hanya karena melihat dari satu sisi saja. Karena setiap orang pasti ada plus dan minusnya, itu wajar. Karena kita memang manusia.

Dari awal aku kuliah, aku sudah jujur kepada teman - temanku bahwa memang kemampuan bahasa arabku sangatlah minim.

Sedangkan, bahasa pengantar kuliah hampir semuanya bahasa Arab. Tapi mereka tidak segan - segan loh untuk membantuku dalam memahami materi perkuliahan.

Aku masih ingat, salah satu temanku membanting permen lollipopnya ke lantai, tujuannya agar lollipop itu hancur terbagi menjadi banyak bagian demi dia dapat berbagi denganku dan yang lainnya.

Melihat itu speechless banget aku. Ada ya orang sebaik itu? Tapi buktinya ada, dan itu temanku. Aku bersyukur menjadi salah satu temannya.

Ada lagi temanku, asal Malaysia. Ditengah kesibukannya dia dengan senang hati mengajarkan aku bahasa Arab dan memberikanku buku - bukunya dengan cuma cuma agar aku dapat belajar bahasa Arab.

Aku sangat bersyukur berada di lingkungan yang seperti ini. Aku juga sangat bersyukur Allah memperkenalkan aku kepada orang - orang baik itu.

Jujur saja, saat di asrama banyak yang keberatan jika aku bertanya. Karena mereka menganggap bahwa jurusanku itu berat, padahal aku cuma mau bertanya arti dari bahasa Arab.

Tapi mungkin karena jurusan kita juga beda, jadi tidak banyak yang paham dengan istilah - istilah yang ada di dalam mata kuliahku.

Mengingat aku tidak mempunyai kakak tingkat satu jurusan denganku, satu pun tidak ada dari mahasiswi reguler. Sehingga, mau tidak mau, disela - sela menunggu jam kuliah atau setelah kuliah aku menyempatkan untuk belajar bahasa Arab.

Oh iya, di kampusku ini juga aku mendapatkan pendidikan adab yang sangat membuat aku melongo.

Ya meski aku juga dulunya juga di pesantren, tapi banyak hal disini yang berbeda dari yang aku tahu sebelumnya.

Lihat selengkapnya