Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #16

Hadiah Kecil

Jika kamu berfikir dia baik karena mungkin dia ada rasa ketertarikan kepadaku jawabannya tidak! Anas memang orangnya baik aja'.

Waktu Gerald aja ujung - ujungnya suka kan?' kalau Gerald memang iya, dia pernah bilang padaku bahwa dia suka, bahkan sempat kita lost contact. Tapi aku berani jamin Anas memang murni orang baik aja.

'Tau dari mana? Hati orang gak ada yang tahukan?' memang, gak ada yang tahu isi hati manusia. Yang tahu hanya dirinya dan Allah saja.

Teman - temanku juga sering menganggap bahwa kita itu ada hubungan atau hanya sebatas saling suka. Padahal tidak sama sekali, aku dan Anas hanya sebatas senior dan junior, sudah, tidak lebih.

Karena mengganggap aku dan Anas dekat, maka teman - teman sekelasku jika ada keperluan prodi pasti bilangnya kepadaku untuk menghubungi Anas.

Tapi aku hanya membuka media sosialku saja di laptopku dan memberinya kepada temanku yang mempunyai keperluan. Toh, mereka yang punya keperluankan? Jadi aku hanya menjadi perantara saja.

Di kampusku memang tidak diperbolehkan menggunakan hp, jadi jika ada keperluan apa - apa biasanya aku menggunakan telegram.

Atau media sosial lainnya. Tapi sebenernya yang legal hanyalah telegram. Tapi ya gimana ya.... Kadang godaan untuk membuka media sosial seperti instagram itu menggoda, hihi.

Dari Instagram banyak info - info lomba menulis yang memang dari SD aku sudah suka menulis.

Lumayan aja kalau kita dapat uang, pengalaman dan sertifikat sekaligus, triple kill gak sih? Lumayan buat nambah - nambah uang jajan dan biaya print-nan.

Berbeda dengan kampus putra, jika kampus putri tidak diperbolehkan menggunakan hp, di kampus putra hp itu legal. Tidak adil bukan?

Aku juga saat masih menyandang status mahasiswi saja selalu mengeluh, mengapa kampus putra boleh menggunakan hp sedangkan kampus putri tidak?

Tapi sekarang aku mengerti, itu salah satu upaya pesantren untuk menjaga para mahasiswi kerena kehormatan wanita itu sangatlah berharga.

Apalagi zaman sekarang, dengan sangat pesatnya perkembangan media sosial, tidak sedikit wanita yang bahkan menghancurkan kehormatan dirinya sendiri.

Dengan berjoget - joget dan di upload dengan berbagai gaya, oh tidak! Aku yang perempuan saja malu melihatnya.

Jadi bagi kamu yang sedang menuntut ilmu di pesantren atau dimanapun, aturan itu ada sudah pasti dengan berbagai pertimbangan yang ada.

Hal tersebut juga, adalah upaya untuk menjaga kita dari hal - hal yang kurang baik.

Oh iya, Anas juga adalah satu - satunya teman laki - lakiku yang aku kenal di kampus putra. Untuk yang lainnya, jangan ditanya, aku gak tahu.

Aku mulai kenal Anas kalau tidak salah ingat saat semester 2 atau tiga ya? Aku lupa tepatnya semester berapa. Dan saat itu hanya teman sekelasku saja yang tahu, karena dia juga sekertaris prodi (program studi).

Tapi saat aku semester lima kalau tidak salah, disaat sedang acara family gathering fakultas Ushuluddin, kan ada sesi kumpul prodi masing - masing ya. Dan disana staff prodi juga hadir, yang mana sekertaris prodi juga ikut hadir dalam acara tersebut.

Namun, hari itu, Anas tidak ikut datang ke kampus putri karena ada suatu hal mungkin. Ntahlah! Sebenarnya, aku tahu alasan mengapa dia tidak datang hari itu. Tapi aku lupa karena apa ya?

Ketika itu berjalan lancar - lancar saja saat acara. Tiba saatnya sesi foto bersama, salah satu dosenku, yang biasa aku sebut dengan sebutan ustadzah Adel menghampiriku.

Ditengah keramaian itu, dihadapan para mahasiswi dan dosen satu prodi, ustadzah Adel sedikit mendorongku ke belakang, ke arah tembok.

Aku yang kaget tak bisa berkata apa - apa dan hanya diam. Yang mana banyak pasang mata yang menyadari hal tersebut, melihat ke arahku.

"Kamu ada hubungan apa sama Anas?" Tanya ustadzah Adel to the point ke arahku.

"Ya ndak ada hubungan apa - apa ustadzah, sebatas junior dan senior saja, tidak lebih." Jawabku berusaha setenang mungkin, meski nyatanya aku sangat terkejut dan gugup. Ada apa ini?

"Nih, dari Anas buat kamu." Ucap ustadzah Adel, mata beliau menatapku penuh selidik.

Seakan sedang mencari tahu aku berkata jujur atau tidak. Dan memberikan sesuatu yang sedang dipegangnya kepadaku.

Kedua mataku seketika membulat tanpa di minta. Loh.... Loh... Ini apa - apaan? Ini apa? Haduh.... Aku tak mengerti.

Lihat selengkapnya