Karena ustadz Anas sudah pulang ke kampung halamannya, sehingga jika aku ada keperluan prodi, ustadz Anas menyuruhku untuk menghubungi ustadz Rizky saja. Karena dia staff yang baru.
Tapi gimana ya? Aku tuh tipikal orang yang sama cewek itu bisa dibilang pandai dalam memulai percakapan. Tapi untuk ke laki - laki, tinggu dulu, tidak mungkin.
Sehingga kadang, aku masih menghubungi ustadz Anas jika ada keperluan prodi padahal aku tahu ustadz Anas sudah tidak di kampus lagi. Melainkan sudah berada di rumah, bahkan rumahnya itu berada di luar pulau Jawa.
Jadi kalau ada keperluan terkait prodi, aku akan menghubungi ustadz Anas dan memintanya untuk menghubungi ustadz Rizky. Seperti itu terus, bisa dibilang ustadz Anas itu perantaranya aku untuk menghubungi ustadz Rizky.
Sampai pada suatu hari, cieelah suatu hari. Iya, pokoknya gitu deh. Ada saat dimana ustadz Anas lama - lama kesal juga karena jadi perantara antara aku dan ustadz Rizky.
Yang akhirnya ustadz Anas memberikan kepadaku kontak ustadz Rizky.
"Tuh, ente hubungin Rizky sendiri aja, biar jelas juga maksudnya nanti apaan. Biar cepet diurus." Kata ustadz Anas.
"Dih? Ana yang chat duluan gitu? Ogahlah." Jawabku tanpa pikir panjang. Ini juga, kenapa aku jadi cewek gini amat ya? Haduh!
"Lah? Ya kan emang nte yang punya keperluan. Gapapa kok, gak bakal di DO juga gara - gara cuma chat sekprod ngurus masalah perkuliahan." Kata ustadz Anas.
"Dih, abis yang bikin ana takut begini siapa ya btw, yang tiba - tiba titipin buku ke ustadzah Adel. Capek deh!" Jawabku kesal karena mengingat kejadian itu.
"Ana tuh nitipnya ke Rizky, ya gak tahulah kok jadinya ada di ustadzah Adel. Tapi nte gak di panggil pengasuhankan? Tenang aja, tenang. Selow, haha. Takut amat sih."
"Iya dah, yang pengabdiannya udah selesai, dan yang udah mau balik ke rumah."
"Iya dong" jawabnya, meledekku yang masih harus berjuang di kampus tercinta ini.
Akhirnya dengan sangat terpaksa aku menghubungi ustadz Rizky, setelah itu barulah aku mengurus masalah perkuliahanku. Setelah urusan selesai, maka sudah, aku berterima kasih dan mengakhiri percakapan.
Secara berjalannya waktu, akhirnya ustadz Rizky pun jika ada teman sekelasku yang memiliki masalah tentang perkuliahannya, dia menghubungiku. Karena memang para temanku yang notabene adalah mahasiswi guru, mereka sibuk dengan mengurus santri dan untuk media sedikit dibatasi.
Sehingga aku menjadi perantara untuk teman - teman sekelasku jika ada kendala dalam hal perkuliahan.
Meski sudah lama kenal, aku masih agak segan gitu sama ustadz Rizky. Gimana ya? Orang gak kenal kok, maksudnya tuh gimana sih ya? Masih garinglah gitu, gak seasyik ustadz Anas.
Tapi tiba - tiba waktu itu awalnya kita lagi membahas apa ya? Lupa aku. Oh iya, bahas masalah aku banyak mata kuliah yang mengulang. Dan tiba - tiba saja, ustadz Rizky nanya gini,
"Sekarang sama Anas gimana?" Aku melongo lah ya iya, maksudnya? Gimana apanya?
"Maksudnya?" Tanyaku kemudian.