Rasa syukurku bertambah adalah faktanya Ustadz Ulwan sangat baik dan sabar banget dalam membimbingku yang sering membuat ulah ini itu. Padahal sebelumnya, temanku pernah berkata,
"Hati - hati loh Sya, biasanya dosen yang keliatan baik itu killernya minta ampun."
Tapi nyatanya beliau memang benar - benar baik. Saking baiknya, aku bahkan di beri referensi - referensi untuk skripsiku loh. Dan kamu tahu, saat revisi? Beliau menulis langsung dengan bolpoin revisiannya secara detail dan rinci.
Apakah beliau melihat hilangnya semangat hidupku ya? Sampai seperti itu. Aku saat penulisan skripsi tuh memang benar - benar sedang dalam masa paling terpuruk dalam hidupku.
Fokusku bukan lagi skripsian, melainkan bagaimana cara agar aku dapat terus berjalan? Dan jangan sampai aku kembali lumpuh.
Ada beberapa kejadian yang tak bisa aku lupakan saat bimbingan dengan ustadz Ulwan. Yaitu saat aku bimbingan skripsi di kantor dosen kampus putri.
Hari itu, tepatnya ba'da magrib. Aku dengan ditemani temanku namanya Lita. Dia mengambil jurusan pendidikan bahasa Arab. Aku dan Lita sudah tiba disana, tepat ba'da Maghrib.
Tapi aku melihat pintu kantor dosen itu masih menutup. Sehingga, aku dan Lita berfikir, mungkin masih makan malam, karena kebetulan saat itu saatnya jam makan malam. Jadilah aku dan Lita menunggu sampai pintu itu terbuka.
Lima belas menit kemudian akhirnya pintu kardos (kantor dosen) itu pun terbuka. Nampak ada seorang dosen laki - laki berkaca mata keluar dari sana.
Dosen itu melihat ke arah aku dan Lita. Akhirnya, aku dan Lita menghampiri beliau untuk mengucapkan salam.
"Assalamualaikum ustadz." Jawabku bersamaan dengan Lita.
"Wa'alaikumussalam, cari siapa?" Tanya dosen itu.
"Ma'dzirotan ustadz, apakah ada ustadz Ulwan?" Tanyaku sopan.
"Ada di dalam, ada perlu apa ya?" Tanya beliau lagi.
"Mau bimbingan dengan beliau ustadz." Jawabku.
"Anak bimbingannya ustadz Ulwan?"
"Na'am ustadz." Jawabku lagi.
"Loh, bukannya ustadz Ulwan itu dosen AFI ya? Memang kamu prodi AFI?"
"Iya ustadz."
"Bukannya AFI itu untuk mahasiswi guru ya? Lalu kamu kuliahnya gimana? Di gabung?"
"Iya ustadz."
Aku melihat dosen itu hanya mengangguk - anggukkan kepalanya. Dan tiba - tiba saja Lita berbisik tepat di telinga kananku.
"Ih, kamu gak risih apa Sya ditanyain mulu? Modus aja kali ustadznya."