Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #23

Penghilang Kantuk

Setelah bimbingan selesai aku dan El pun kembali ke tempat peristirahatan yang memang sudah disediakan.

Oh iya, hari itu aku dan El pergi dengan rombongan anak HI (hubungan Internasional) yang memang sedang bimbingan juga.

Lumayan banyak mereka, sekitar lima sampai delapan orang. Aku lupa tepatnya berapa.

Dan sesuai perkiraan, El langsung menceritakan kejadian tadi kepada mereka semua. Alhasil, mereka semua tertawa terbahak - bahak.

"Itu kalau beneran masuk bisa gawat empat lima sih." Komentar yang lain.

"Iya kok bisa - bisanya sih nyasar."

Dan kamu tau? Drama hari itu belum selesai. Masih panjang ceritanya. Diawali mobil yang kita tumpangi itu ke bengkel, karena bannya bocor.

Setelah kita tungguin ternyata beres dari bengkel, supir itu malah pulang. Karena dikira kita sudah ada yang gantiin untuk jemput.

Tapi nyatanya tidak, akhirnya penanggung jawab yang memang pergi hari itu langsung mencari alternatif lain. Bagaimanapun caranya kita harus tetap pulang ke kampus putri, karena tidak diperbolehkan untuk menginap disana.

Setelah mencari dan terus mencari, akhirnya dapat. Tapi kata ustadz yang akan menjemput kita itu bisanya agak malam, karena dia masih ada keperluan. Disetujuilah itu oleh semuanya yang penting bisa pulang.

Tapi kok ditunggu kok gak sampai - sampai bahkan ini sudah jam delapan malam. Padahal segala urusan sudah selesai sebelum magrib, tapi kita berfikir, oh mungkin masih di perjalanan, mungkin nanti jam sembilan.

Namun lagi dan lagi perkiraan kita tidak benar. Kita bahkan sudah tak tahu lagi harus melakukan apa karena sudah sangat lelah. Disaat itu pula semua, hp yang ada disana berdering sangat ramai.

Ada yang spam chat berkali - kali, ada yang menelpon disaat bersamaan. Kamu bisa bayangkan tidak? Sudah lelah, menunggu jemputan yang tak kunjung datang, rasa kantuk menyerang, sekarang bahkan spam chat dan sering telpon secara bersamaan.

Kita semua yang ada disana saling menatap satu sama lain dengan keheranan. Ada apa ini sebenarnya? Telpon aku bahkan masih terus berdering, itu dari salah satu temanku di asrama, Mila namanya.

"Assalamualaikum Mil, halo...."

"Sya, kalian gak papakan? Yang lain gimana?" Tanya Mila dengan nada panik. Dahiku mengkerut, maksudnya?

"Alhamdulillah kok Mil, Ndak apa - apa. Kenapa?" Tanyaku makin penasaran.

"Ini kan aku lagi di perpus, terus tiba - tiba ada kabar katanya salah satu mobil kampus meledak dan terbakar. Mobil itu sama persis sama yang aku lihat tadi pagi kamu naiki Sya. Makanya aku langsung telpon kamu, mumpung masih di perpus. Sekarang kamu ada di mana Sya?" Jelas Mila.

"Udah ya, tenang. Alhamdulillah kita semua tidak apa - apa. Kita bahkan masih di kampus putra, kita belum dijemput lagi. Karena supir yang nganter tadi pagi sudah pulang duluan. Jadi sekarang katanya yang jemput itu ustadz." Kataku memberi penjelasan.

"Alhamdulillah kalau tidak apa - apa. Soalnya disini sudah panik semua Sya." Kata Mila.

"Sudah, tenang ya. Alhamdulillah kita baik - baik saja disini." Jawabku untuk menenangkan.

"Ya udah deh, hati - hati ya Sya, aku udah mau balik ke asrama soalnya."

"Iya."

Lihat selengkapnya