Keesokan harinya, aku baru merasa pegal di seluruh badan. Bukan hanya aku saja, Elina juga. Oh iya, Elina itu salah satu teman sekamarku, jadi aku tahu.
Hari itu aku dan El pun bercerita kejadian apa yang telah kita alami selama di kampus putra kepada teman sekamarku lainnya. Yang mana, berakhir dengan gelak tawa mereka.
"Lagian gak nipak banget deh, dua duanya gak pernah bimbingan ke sana, gak nanya dulu pula sama kita kita." Ucap Lidya.
"Iya kenapa gak pada nanya dulu coba?" Tanya Ina kemudian.
"Ya kan dikira ana tuh, Sya udah nanya - nanya gitu ke orang. Kan ana cuma nganter doang." Jawab El.
"Ana udah nanya loh, cuma ya ke orang yang salah aja." Jawabku jujur.
"Emang nte nanya ke siapa?" Tanya Rossa
"Ke anak iqt di kampus putra, tapi adek tingkat sih." Jawabku.
"Terus waktu Sya bimbingan, nte ngapain aja El?" Tanya Ina.
"Ya gabutlah, terus kaya ngantuk pula loh. Tapi waktu ada mahasiswa yang telat juga tuh Sya ingat gak? Yang dia juga nyasar ke gedung Utsman." Kata El memastikan.
"Loh, emang ada yang nyasar kesana juga selain kalian?" Tanya Rossa.
"Iya, tapi dia mahasiswa setidaknya, nyasar juga gak masalah. Lah kita?" Jawabku.
"Udah mah ya, Sya itu baru ngasih tau ana kalau ternyata dospemnya itu musyrif pengasuhan kampus putra kan serem ya?" Kata El.
"Lah? Emang nte baru tahu kalau dospemnya Sya itu musyrif pengasuhan kampus putra? Kemana aja?" Tanya Lidya.
"Ya ana gak tau. Kalau tahu, mikir ulang deh ana buat nganterin dia." Ucap El.
"Dih gitu ya." Kataku pura - pura ngambek.
"Tapi enak sih nganter Sya bimbingan." Ujar El.
"Karena?" Tanyaku penasaran.
"Cuma nganter aja, ongkos dibayarin, makan dibayarin, jajan ini itu dibayarin pula. Semuanya Sya yang nanggung. Ana cuma nganter tanpa ngeluarin uang sepeserpun." Ucap El.
"Enak kan nte? Bisa sekalian jalan - jalan gratis." Kata Lidya.
"Iya dong, sering - sering aja ya Sya, haha." Canda El.
"Ya kan ana udah bersyukur banget udah mau di repotin sama ana. Dan nyempetin waktunya buat nemenin ana. Waktu tuh mahal loh, jadi kalau ada yang rela ngorbanin waktunya buat nemenin ana bimbingan udah syukur banget." Ucapku.
"Eh cerita tadi belum kelar tahu." Kata El.
"Yang mana?" Tanya Ina.
"Yang itu itu loh, kan ana gabut sampe ngantuk - ngantuk ya kan disana. Karena yang lain pada lagi bimbingan, ana main hp aja udah."
"Eh iya lagi, mana dia sempet - sempetnya nanya sama ana ya, Sya mau jajan apa? Itu ditengah - tengah bimbingan loh, bisa - bisanya." Sambungku.
"Gabut loh ana, gak tahu mau ngapain. Tapi ya kan ustadz Ulwan tuh lagi fokus ke anak bimbingannya yang duduknya pas depan nte tuh Sya." Ujar El.
"Yang datengnya telat karena nyasar itu?" Tanyaku memastikan. El pun mengangguk.
"Ana liat - liat kok manis banget mukanya, suaranya juga pas ngomong tuh adem loh." Kata El.
"Adem dikata es kali ah." Timpal Ina.