Bimbingan selanjutnya masih di kampus putra, dan seperti biasa Elina yang mengantarku bimbingan. Dalam perjalanan, aku menghubungi ustadz Rizky.
"Tadz ana udah di jalan nih, tapi ana belom nge-print, di kantor bisakan?" Tanyaku pada ustadz Rizky.
"Ente niat gak sih bimbingan?" Tanya ustadz Rizky balik.
"Hehehe.... printernya lagi ngambek ustadz, trus di kopma (koperasi mahasiswa) adanya mesin fotocopy, printer gak ada." Jawabku.
"Ya udah nanti ke kantor aja." Kata ustadz Rizky.
"Eh, tapi kantor prodi itu dimana ya?" Tanyaku.
"Astagfirullah.... Nte gak tau kantor prodi?"
"Engga."
"Ente hidup di goa atau gimana? Ente semester akhir loh, astagfirullah. Kantor prodi aja gak tau. Kemaren nyasar asrama putra, sekarang kantor prodi aja gak tau. Istighfar nte." Kata ustadz Rizky.
"Astagfirullah..... Ya kan namanya juga ana jarang kesini tadz, wajar kalau ndak tau. Kan katanya kalo mau nanya apa - apa tanya ke antum aja, sekarang malah di omelin." Keluhku.
"Bukan ngomelin, cuma agak kaget aja, masa iya gak tau kantor prodi sendiri." Jawab ustadz Rizky.
"Makanya ana tanya sekarang, kantor prodi dimana?" Tanyaku.
"Gini aja, nte kalau udah sampe telepon ana. Nanti nte tunggu di lobby, duduk manis disitu. Nanti ana jemput, terus ke kantor sama - sama." Jelas ustadz Rizky.
"Oke deh." Kataku cepat.
"Tapi bentar lagi ana mau keluar, kirim filenya aja sini, ana yang nge-print. Tapi nanti ambil aja ya di kantor, cari aja ruangan dilantai dua nomor 005."
"Kalau ana nyasar lagi gimana tadz?"
"Ya tanya sama mahasiswa yang lewat, setidaknya kalau di gedter nyasar juga engga sampe ke asrama mahasiswa."
"Terus aja bahas tadz, terus..." Aku mulai kesal karena ustadz Rizky bahas kejadian itu terus.
"Afwan, Afwan. Soalnya unik, baru tau ada mahasiswi yang mau nerobos asrama putra hahaha."
"TADZ!"
"Oke oke, gak lagi."
Sesampainya di kampus putra, aku dan El segera mencari ruangan 005, setelah mendapatkan foto yang dikirimkan oleh ustadz Rizky.
"Kita gak akan nyasar lagikan Sya?" Tanya El padaku.
"Engga." Jawabku cepat.
"Alhamdulillah." Ucap Elina lega.
"Engga tau maksudnya." Sambungku.
"Ya Allah Sya."