Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #26

Berkas Ilang

Di semester akhir ini bener - bener aku tuh hilang semangat banget. Karena apa? Karena aku udah di panggil kaprodi untuk menambah semester satu atau dua semester. Memang dengan banyaknya mata kuliahku yang mengulang, mustahil aku bisa wisuda tepat waktu.

Waktu itu sampe berat badanku turun, cedera kaki kiriku makin parah, pokoknya stress deh. Memang salahku juga, mungkin usahaku dalam belajar kurang maksimal. Tapi tetep aja, pas denger itu tuh rasanya langsung terbayang wajah orang tua.

Aku bahkan sampe bilang ke orang tua aku, minta maaf kalau aku sepertinya tidak akan lulus tepat waktu. Karena orang tuaku mungkin mendengar suaraku yang sangat parau, orang tuaku hanya menjawab bahwa mereka tidak memaksakan, yang penting jangan terbebani aja, kesehatanku lebih penting.

Mendengar itu, aku semakin sedih, karena aku pasti mengecewakan keduanya. Tapi ya gimana lagi? Udah di ujung tanduk soalnya.

Akhirnya, usahaku yang terakhir adalah setiap habis sholat aku selalu mengirimkan Alfatihah ke semua dosenku satu persatu.

Satu persatu? Semuanya? Iya, dosen yang yang mengajar di kelasku dari semester satu sampe semester akhir, aku sebutin satu - satu, bahkan sampe dekan dan rektor aku kirimi Alfatihah. Itu upaya terakhirku untuk bisa wisuda tepat waktu.

Setiap malam aku menangis di tengah sujudku. Setelah sholat tahajud aku selalu mendoakan para dosen - dosenku agar selalu sehat dan dipermudah setiap urusannya.

Tiada hari yang terlewat, aku selalu mengirimkan Alfatihah untuk semua dosen - dosenku itu. Sampai pada akhirnya, kaprodi pun memberikan aku satu kesempatan lagi, untuk dapat mengejar mata kuliahku yang mengulang itu selama liburan.

Aku senang bukan main, seneng banget rasanya. Aku diberi kesempatan untuk short course untuk memperbaiki nilai - nilai siakad ku. Sehingga, disaat orang lain liburan, aku masih kuliah, dan mengerjakan skripsiku.

Dan setelah program short course-ku selesai, aku mendaftar untuk melakukan sidang skripsi. Yang mana, harusnya aku menyerahkan persyaratan sidang itu langsung ke kampus putra.

Tapi karena keadaan kakiku yang cedera, akhirnya kata ustadz Rizky gapapa, softfile nya saja. Padahal harusnya yang dikumpulkan itu hardfile.

Dengan catatan, jika ada mahasiswi yang ke kampus putra, maka titipkan. Alhamdulillahnya hari itu juga, ada rombongan yang mau berangkat ke kampus putra.

Sehingga, aku tidak jadi mengumpulkan softfile, melainkan hardfile dengan cara dititipkan ke mahasiswi yang ada keperluan disana.

Dan saat kabar jadwal sidang keluar itu, jam sebelas siang aku dihubungi oleh staff untuk menyiapkan saja semua yang dibutuhkan untuk sidang, kemungkinan akan mendadak.

Yang memang ternyata benar - benar mendadak. Sekitar habis ashar, salah satu dosen pengujiku menghubungiku untuk menyiapkan ruang sidang, sidang dilaksanakan pukul sepuluh malam.

Tepatnya setelah pelaksanaan sholat tawarih, karena kebetulan saat itu bulan Ramadhan. Anti mainstream bukan?

Oh iya, kebetulan saat itu adalah masa liburan, jadi hp dibagikan. Malam itu bahkan hujan lebat sekali.

Aku sidang benar - benar sendiri. Jika orang kebanyakan sidang ditunggu temannya, aku tidak. Karena sudah jam sepuluh malam. Banyak temanku yang sudah tidur.

Selesai sidang sekitar jam dua belas malam, perasaanku bagaimana ya? Campur aduk. Sedih karena aku hanya sendiri saat sidang, dan kecewa karena aku merasa sepertinya aku belum layak jadi sarjana. Ntahlah, rasa ini sulit dijelaskan.

Lihat selengkapnya