Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #27

Ustadz Tengil

Akhirnya setelah melewati berbagai drama seperti biasanya, aku kembali datang ke kampus putra untuk mengurus semua berkas yang hilang.

Pasti kamu herankan kenapa akhir - akhir ini aku sering datang ke kampus putra? Karena pusatnya semua ada di sana. Kampus putri hanyalah cabang. Jadi ya mau tidak mau harus kesana.

Kali ini aku ke kampus putra diantar oleh Windy. Windy juga anak jurusan Farmasi seperti Elina. Setibanya di kampus putra akupun langsung mengurus berkas - berkas yang hilang.

"Tadz ana udah nyampe di kampus putra nih. Boleh gak ana nitip sesuatu."

"Titip apa?" Tanya ustadz Rizky.

"Ke ustadz Ulwan, ngembaliin buku beliau." Jawabku.

"Ana masih sibuk sekarang kalau mau ketemu. Sore mau ke luar soalnya. Atau nanti titipkan ustdz Gilang saja kalau belum ketemu ustadz Ulwan." Kata ustadz Rizky.

"Siapa lagi itu? Dimana?" Tanyaku, perasaan banyak banget yang harus aku temui saat itu."

"Staf AFI baru, di kantor TU." Jawab ustadz Rizky."

"Di sebelah mana sih? Lantai berapa?"

"Ruang 015 lantai 2."

"Rame gak?"

"Apanya?" Ustadz Rizky balik tanya.

"Kantor TU (tata usaha)?"

"Ndak kalo siang."

"Tadz, BAA (biro administrasi akademik) dimana ya?"

"Pojok sebelah barat selatan."

"Dari lobby deh ana harus kemana?"

"Lobi parkiran ke kanan terus sampai ujung, dah tuh BAA."

Aku dan Windypun langsung menuju kantor BAA sesuai arahan ustadz Rizky. Dan ternyata kira salah masuk ruangan. Akhirnya aku dan Windy diantar oleh salah satu staff yang ada disana. Setelah selesai aku menghubungi ustadz Rizky lagi.

"Tadz, masa tadi ana nyasar."

"Udah gak heran." Jawab ustadz Rizky.

"Dih! Kantor bahasa dimana?" Tanyaku kemudian.

"Kantor bahasa di tengah, kantor jurnal diatas BAA pojok lantai 3, nanti anti bilangnya gini, tanya bisa ndak minta Sertifikat plagiasi. Tunjukkan notanya. Bilang belum dikirim ke email. Jelasin aja kalau berkas anti ilang." Jelas ustadz Rizky.

"Di omelin gak? "

"Pasti."

"Dih gitu." Keluhku.

"Ya ndak taulah ana gak pernah rasain, dicoba aja dulu"

Aku memotret depan salah satu ruangan yang aku temukan. Dan seperti biasa aku mengirimkannya ke ustadz Rizky.

"Ini sebelah mana? Sebelah timur kantornya, yang tadi deket tangga anti naik. Anti tadi naik ke lantai 3 itu sebelah timurkan? Tempat kita ketemu tadi itu loh. Tadi naik lantai 3." Jelas ustadz Rizky.

Sepertinya ustadz Rizky sudah kesal padaku karena tak kunjung menemukan tempatnya, padahal sudah sejelas itu dia memberikan arahan.

"Bentar - benar nafas dulu. Ana udah turun lagi ke lantai 2. Lagi duduk ini, pas di depan kantor prodi. Ana kasian sama temen ana, dilantai 3 gak ada tempat duduk sih."

"Ya udah, lagi di lantai 2 kan? Sini ke TU, ambil syarat - syarat sidangnya."

Akupun langsung ke TU, tapi sekilas aku melihat banyak sekali orang di dalam. Jadi aku dan Windypun tak berani masuk.

Lihat selengkapnya