Dark Side

Intan Nur Syaefullah
Chapter #30

Anak Kecil Itu

"Sya, ini SK tahfidznya." Ucap Ela.

"Oh iya, Syukron ya." Jawabku tersenyum.

"Dan ente di panggil ustadz Naqib untuk menghadap beliau." Ujar Ela memberitahu.

"Untuk apa?" Tanyaku terkejut.

Tentu saja kaget, ustadz Naqib loh... Pimpinan di kampus putri. Aku ngelakuin salah apa ya sampe dipanggil beliau?

Ah... Atau jangan - jangan karena berkasku ilang? Tapi masa iya sih sampe dipanggil?

"Engga tahu, yang penting ana udah nyampein amanah beliau ya, buat manggil ente." Jawab Ela.

"Emang ustadznya bilang gimana?" Tanyaku lagi.

Ya mungkin aja salah orang gitu, bukan aku yang dimaksud bisa ajakan? Semua kemungkinan itu pasti ada kok.

"Kan ana maju menghadap beliau untuk meminta persetujuannya beliaukan buat SK ente. Trus ustadznya baca nama yang ada di SK itu. Ustadznya langsung ngenalin ente." Jawab Ela.

"Ini Syahila Afsheen Myesha? Yang mahasiswi AFI reguler satu - satunya itukan? Yang putih itu kan? Tanya beliau berturut - turut. Ana jawab, na'am ustadz. Terus beliau minta ana manggil ente buat menghadap beliau." Sambung Ela.

"Haduh... Kenapa ya? Tahu engga kenapa?" Tanyaku takut.

"Kalau penasaran ya temui beliau." Jawab Ela.

Bener juga!

"Tapikan gak mungkin sekarang jugakan? Ini udah jam 9 malem." Ucapku.

"Iya, besok pagi aja, kalau engga sore." Saran Ela.

"Oke deh, syukron ya." Ucapku kemudian.

"Afwan."

***

"Gaes, besok pagi ada yang nganggur engga ya?" Tanyaku pada teman - teman di kamar.

"Rencananya sih kita mau ke laboratorium Sya, kan kita skripsi belum kelar." Jawab Itsna.

"Ohh gitu."

"Emang kenapa Sya?" Tanya Steffi.

"Ada gak yang mau nganterin aku menghadap ustadz Naqib?" Tanyaku.

"Ngapain?" Tanya Windy.

"Engga tahu, makanya deg - degan nih. Buat salah apa ya aku Ya Allah." Jawabku.

"Kok perasaan ente tuh urusannya serem - serem ya?"

"Maksudnya?" Tanyaku heran.

"Iya, serem - serem. Dosen pembimbing musyrif pengasuhan, sekarang di panggil pula sama ustadz Naqib, pimpinan kampus putri." Jawab Itsna.

"Iya tahu, perasaan temen - temen yang lain mau wisuda gak sampe dipanggil sama ustadz Naqib deh." Ujar Steffi.

"Iya kok kamu selalu beda sendiri sih?" Tanya Windy.

"Jadi intinya ada yang bisa anterin aku gak nih?" Tanyaku lagi.

"Windy aja tuh Windy." Ucap Itsna.

"Ih, gak mau ah. Gak berani tau menghadap ustadz Naqib." Tolaknya.

"Ya masa Syahila sendirian? Kasian." Timpal Steffi.

"Please, anterin yaa." Bujukku.

"Oke deh." Jawab Windy menyetujui.

***

"Sya, SK tahfidz ente mana?" Tanya ustadz Gilang.

"Nih." Jawabku, dan mengirimkan scan berwarna SK tahfidz yang baru saja Ela beri padaku.

"Oke deh." Jawab ustadz Gilang.

"Tadz, ana tiba - tiba dipanggil ustadz Naqib loh. Ana punya salah apa ya? Kok takut ih jadinya."

"Tapi ente dipanggil sama staff pengasuhan gak?" Tanya ustadz Gilang.

"Engga."

"Ya udah tenang aja, berarti itu bukan masalah pelanggaran. Santai aja." Jawab ustadz Gilang.

"Terus apa dong? Takut nih." Tanyaku lagi.

"Semoga staff, aamiin." Jawab ustadz Gilang.

"Ih, engga ya, gak akan." Tolakku to the point.

"Mau gak mau loh Sya."

"Tapi emang bukan tau, lagian antum tuh berharap banget sih ana jadi staff, heran."

"Ya iyalah, biar ente ngerasain rasanya di chat sama banyak mahasiswa, ditelponin mulu. Diminta tolong ini, minta tolong itu." Jawab ustadz Gilang.

Lihat selengkapnya